Meninggalkan Mentalitas Budak

Kamis, 30 Maret 2023 – Hari Biasa Pekan V Prapaskah

107

Yohanes 8:51-59

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar daripada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?” Jawab Yesus: “Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.” Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.

***

Berdosa berarti menjadi budak terhadap dorongan-dorongan tidak teratur dalam diri kita, serta terhadap nafsu kita akan kekuasaan dan keinginan untuk dikagumi, menjadi budak terhadap apa yang dipikirkan oleh orang lain mengenai diri kita, menjadi budak terhadap rasa takut kita akan orang lain. Berdosa berarti berpikir bahwa kita adalah Allah, dan dengan demikian menyangkal bahwa diri kita ini fana.

Budak tidak pernah merdeka. Mereka tidak dapat merasa aman tinggal di “rumah” yang adalah tubuh mereka sendiri, atau di “rumah” yang adalah kenyataan, atau di “rumah” yang adalah Allah. Budak selalu berlari-lari dan selalu dikuasai rasa cemas. Budak selalu lari dari kenyataan,  lari dari apa yang nyata untuk masuk ke dalam dunia khayalan. Hanya Anak yang dapat memerdekakan kita dari perbudakan, dan membawa kita ke “rumah” kita yang sesungguhnya, yakni rumah Allah.

Orang-orang yang takut akan Yesus adalah mereka yang takut akan kenyataan dan kebenaran. Mereka ingin menyingkirkan Dia yang mewartakan kebenaran dan yang menawarkan bantuan untuk membawa mereka ke dalam kenyataan. Mereka tidak mampu mendengarkan kata-kata Yesus atau mengenal Dia. Mereka menolak untuk melihat dan menerima fakta mukjizat-mukjizat-Nya, sebab itu akan memaksa mereka untuk mengubah cara hidup dan membuat mereka kehilangan kekuasaan atas orang lain.

Mari kita renungkan: Siapakah orang-orang yang tidak ingin kita jumpai, kita dengarkan, atau kita terima, sebab mereka membuat kita melihat kerapuhan diri kita sendiri, sedemikian rupa sehingga kita akan terpaksa mengubah cara hidup kita?

*Diolah dari Jean Vanier, Tenggelam ke Dalam Misteri Yesus: Menghayati dan Mendalami Injil Yohanes, Yogyakarta: Kanisius, 2009.