Menjadi Nabi-Nabi Sejati

Rabu, 28 Juni 2023 – Peringatan Wajib Santo Ireneus

68

Matius 7:15-20

“Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.”

***

Para nabi adalah orang-orang pilihan Allah yang diutus untuk melaksanakan tugas tertentu dari-Nya. Mereka dipanggil untuk meneruskan pewahyuan dari Allah yang mereka terima. Di kala umat sedang mengalami keputusasaan, keterpurukan, dan tiada harapan untuk menemukan jalan keluar, Allah menghadirkan para nabi untuk menghibur dan membesarkan hati mereka. Di kala umat sedang berada di jalan yang salah karena berbuat dosa, Allah menghadirkan para nabi untuk menegur dan mengingatkan mereka dengan menyerukan warta pertobatan.

Tidak jarang para nabi bersikap tegas terhadap umat yang tidak mau taat, yakni dengan mewartakan ancaman hukuman dan bencana jika mereka tidak segera bertobat. Para nabi juga menubuatkan masa depan, serta menyampaikan warta gembira tentang belas kasihan dan rencana karya keselamatan Allah. Singkat kata, para nabi adalah penyambung lidah Allah. Mereka adalah orang-orang yang dipilih Allah untuk mengajak umat-Nya melakukan kehendak-Nya dengan melaksanakan hukum-hukum-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Dalam sejarah umat Israel, ada nabi-nabi yang digolongkan sebagai nabi sejati (seperti Yesaya, Yeremia, Amos, dan sebagainya), namun ada juga yang digolongkan sebagai nabi palsu (seperti Zedekia bin Kenaana, Hananya bin Azur, dan sebagainya). Nabi-nabi palsu selalu menjadi sumber masalah. Mereka tidak betul-betul dipilih oleh Allah, tetapi mengangkat diri mereka sendiri sebagai nabi. Mereka menyampaikan apa yang menjadi impian, khayalan, dan imajinasi sendiri, serta sekadar menyampaikan apa yang ingin didengar oleh orang lain. Ini semua dilakukan oleh para nabi palsu karena bermaksud mencari keuntungan untuk diri sendiri dari apa yang mereka wartakan. Mereka berharap mendapatkan imbalan dalam bentuk materi maupun pujian.

Nabi-nabi palsu juga berkeliaran di tengah-tengah kita sekarang ini. Mulut mereka terasa manis, penuh dengan penghiburan dan pengharapan, dan seolah-olah mendatangkan sukacita. Mereka tidak pernah menegur saat orang berbuat salah dan dosa; mereka bahkan mengajak orang untuk semakin menjauh dari Tuhan. Nabi-nabi palsu tersebut bisa saja kita jumpai dalam diri teman-teman yang mengajak kita untuk berbuat hal-hal yang tidak baik, seperti masuk ke dalam dunia perjudian, kemabukan, narkoba, dan hiburan-hiburan yang tidak sehat. Pada awalnya, hal-hal yang mereka tawarkan mungkin terasa nikmat dan mendatangkan sukacita. Namun, kenikmatan dan sukacita itu ternyata bersifat sementara belaka. Ujung-ujungnya, itu akan mendatangkan duka dan derita yang tidak berkesudahan.

Karena itu, Yesus hari ini bersabda kepada kita agar memperhatikan buah yang dihasilkan oleh pohon. Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, sedangkan pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik juga. Dari buahnyalah kita dapat mengetahui apakah nabi-nabi yang ada di sekitar kita adalah nabi-nabi sejati atau nabi-nabi palsu. Selain itu, kita pun juga diajak untuk menjadi nabi-nabi sejati bagi sesama dengan tidak segan-segan menegur saat kita tahu bahwa jalan mereka menyimpang dari jalan yang dikehendaki Tuhan.