Pemimpin yang Berjiwa Gembala

Selasa, 11 Juli 2023 – Peringatan Wajib Santo Benediktus

92

Matius 9:32-38

Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: “Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.” Tetapi orang Farisi berkata: “Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan.”

Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Surga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan telantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”

***

Dalam Injil, Yesus sering digambarkan tergerak oleh belas kasihan ketika Ia melihat banyak orang seperti domba tak bergembala. Gambaran ini menunjukkan Yesus sebagai gembala yang berbelaskasihan. Ia selalu melihat diri-Nya sebagai gembala yang memiliki ikatan erat dengan domba-domba-Nya. Tatapan-Nya selalu penuh kasih. Ia tanggap menyikapi keadaan dan turut melibatkan para rasul dalam mengatasi masalah.

Dalam bacaan Injil hari ini disebutkan bahwa Yesus melihat banyak orang yang lelah dan telantar. Ia meminta para murid-Nya berdoa agar Allah Bapa mengirimkan banyak pekerja untuk menuai. Dalam kaitan dengan gembala yang berbelaskasihan, permintaan Yesus ini menunjukkan bahwa Ia menginginkan agar semakin banyak orang mau turut ambil bagian dalam tugas kegembalaan-Nya.

Kita berada di dunia yang dipenuhi oleh banyak orang yang lelah dan telantar, baik secara sosial ekonomi maupun secara psiko-spiritual. Secara sosial ekonomi, kita bisa menyaksikan bahwa bahkan di negara maju, misalnya Amerika Serikat, angka tunawisma semakin naik. Angka kemiskinan dan pengangguran juga semakin tinggi karena ekonomi dunia yang tak stabil. Secara psiko-spiritual, banyak orang meninggalkan Gereja karena lelah dengan sikap pemimpin Gereja yang kaku, meskipun banyak juga anak muda yang haus dan antusias mencari kesegaran rohani.

Dalam keadaan dunia seperti ini, ajakan Yesus untuk memohon akan hadirnya para pemimpin yang berjiwa gembala sangat relevan, baik itu pemimpin agama maupun pemimpin dunia. Kita membutuhkan pemimpin yang mengenal secara dekat persoalan masyarakat, pemimpin yang berani bersikap dan tanggap menyelesaikan masalah. Kita membutuhkan pemimpin yang mempersatukan dan mengayomi. Semoga kita bisa memperoleh pemimpin yang sungguh-sungguh berjiwa gembala.