Pantang Menyerah dalam Situasi Sulit

Rabu, 9 Agustus 2023 – Hari Biasa Pekan XVIII

145

Matius 15:21-28

Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

***

Berhadapan dengan persoalan hidup yang berat, sudah sewajarnya jika kita, manusia yang lemah ini, berharap pada pertolongan Tuhan. Namun anehnya, Tuhan rasa-rasanya sering mengabaikan kita. Doa kita tidak dijawab, permohonan kita pun tidak kunjung dikabulkan oleh-Nya. Apa yang kurang? Rosario, novena, ziarah ke tempat-tempat suci, semuanya sudah kita lakukan! Karena kecewa terhadap Tuhan, banyak di antara kita yang lalu membalasnya dengan berhenti berharap, berhenti pula percaya kepada-Nya.

Perempuan Kanaan dalam bacaan Injil hari ini punya sikap berbeda. Dia tahu bahwa dirinya itu bukanlah siapa-siapa. Di mata orang Yahudi, dia itu perempuan asing yang najis untuk didekati. Namun, dia butuh pertolongan, sebab anaknya sedang sakit. Melihat kehadiran Yesus, mengabaikan segala pertimbangan, perempuan itu tanpa malu berseru-seru memohon bantuan-Nya. Ia percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkan anaknya. Mengherankan, Yesus malah berkata, “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”

Banyak orang akan patah arang mendengar jawaban yang keras tersebut, tetapi perempuan asing itu tidak. Ia tidak keberatan disamakan dengan anjing, sebab bukankah Tuhan justru menunjukkan belas kasihan-Nya yang besar kepada kaum yang dipandang hina? Ia tidak keliru. Yesus terkesan dengan kerendahan hatinya, kebesaran imannya, juga semangatnya yang pantang menyerah. Permohonannya lalu dikabulkan. Belajar dari perempuan itu, janganlah kita cepat menyerah ketika berada dalam situasi sulit. Berkat melimpah akan dinikmati oleh orang yang tegar, sabar, dan rendah hati.