Biji Gandum yang Jatuh ke Tanah

Kamis, 10 Agustus 2023 – Pesta Santo Laurensius

493

Yohanes 12:24-26

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”

***

Konteks bacaan Injil hari ini adalah Hari Raya Paskah yang sudah mendekat. Yerusalem saat itu dipadati orang dari berbagai penjuru dunia yang ingin berziarah ke Bait Allah. Tidak ketinggalan di situ hadir juga orang-orang dari bangsa asing yang menganut agama Yahudi. Di antara mereka tersebutlah sejumlah orang Yunani yang tiba-tiba saja punya niat bertemu dengan Yesus.

Orang-orang Yunani tersebut dipandang sebagai wakil bangsa-bangsa asing yang melalui pewartaan para rasul kelak akan menjadi murid-murid Kristus. Kehadiran mereka membuat Yesus menarik kesimpulan yang di luar dugaan. Ia merasa itulah tanda bahwa telah tiba saatnya bagi Anak Manusia untuk dimuliakan. Saat bagi-Nya untuk menanggung sengsara, disalibkan, dan mati telah tiba, sebab itulah jalan yang mesti ditempuh oleh-Nya untuk mencapai kemuliaan.

Mengapa jalan menuju kemuliaan ternyata begitu berat? Yesus lalu mengemukakan perumpamaan tentang biji gandum yang harus jatuh ke tanah dan mati agar menghasilkan banyak buah. Begitulah makna kematian-Nya. Orang mengira kematian adalah akhir segalanya. Itu keliru. Kematian Yesus justru menjadi awal tersebarnya Kabar Baik ke seluruh penjuru dunia. Tanda-tandanya sudah dilihat Yesus dalam diri orang-orang Yunani yang berniat menemui-Nya itu.

Akan halnya para murid, seturut teladan sang Guru, pada saatnya mereka juga mesti rela menyerahkan nyawa. Yesus bahkan menghendaki murid-murid-Nya agar tidak mencintai nyawa mereka sendiri. Artinya, mereka hendaknya tidak takut kehilangan nyawa demi sesuatu yang jauh lebih berharga, yakni kehidupan kekal.

Melalui bacaan Injil hari ini, kita dapat melihat dengan jelas ke mana arah pewartaan Kabar Baik yang dibawa oleh Yesus. Ia hadir mewujudkan keselamatan dari Bapa, dan keselamatan itu ditujukan bagi segala bangsa, tidak eksklusif untuk sekelompok orang saja. Semua orang diundang untuk diselamatkan.

Misi tersebut selanjutnya diemban oleh rasul-rasul Yesus. Mereka keluar dari Yerusalem, memasuki daerah-daerah asing untuk melanjutkan karya sang Guru. Hasilnya, kita yang termasuk golongan orang asing ini dimungkinkan untuk turut mengenal Yesus. Kitalah buah-buah melimpah dari pengurbanan Yesus dan kerja keras para rasul. Bagi kita sekarang diajukan pertanyaan: Apakah kita mau serius menjadi murid Yesus? Ataukah kita mau sekadar menjadi penonton saja? Kalau serius mau menjadi murid Yesus, dengan satu dan lain cara kita mesti turut ambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Pada saatnya, giliran kitalah yang harus menghasilkan buah.