Kita Adalah Pelita-Nya

Senin, 25 September 2023 – Hari Biasa Pekan XXV

112

Lukas 8:16-18

“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, darinya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.”

***

Setiap orang mempunyai bakat yang dapat digunakan untuk berbagi. Hal ini menjadi tanda bahwa Tuhan melibatkan setiap orang dalam karya keselamatan yang dikerjakan-Nya. Sebagaimana pelita harus ditempatkan di atas kaki dian, begitulah sinar bakat kita harus dirasakan oleh semakin banyak orang. Bakat tidak boleh dipendam dan dikonsumsi untuk kepentingan sendiri, tetapi harus digunakan sebagai saluran rahmat Tuhan.

Bacaan Injil hari ini merupakan motivasi hidup bagi kita. Kita dilibatkan oleh Tuhan dalam aneka bentuk kehidupan. Karena itu, janganlah putus asa pada hidup kita masing-masing. Keputusasaan muncul karena kita belum mampu menemukan karya Tuhan dalam sejarah hidup kita. Tuhan menciptakan kita bukannya tanpa tujuan. Ia membawa kita ke dunia dengan misi keselamatan dan kepercayaan bahwa kita mampu menjadi partner-Nya yang andal.

Agar mampu melihat karya kasih Tuhan dalam hidup ini, kita perlu mengenali diri kita sendiri secara mendalam. Keseluruhan aspek fisik, psikis, dan rohani perlu dikenal, sehingga kita semakin mengagumi karya Tuhan secara sempurna. Kemampuan mengenali identitas pribadi membuat kita semakin fasih bersyukur atas nikmat hidup. Mengucap syukur merupakan tanda bahwa kita benar-benar merasakan hidup dalam bimbingan-Nya.

Kualitas hidup yang seperti ini tidak terutama ditopang oleh kematangan umur, tetapi lebih oleh kedewasaan iman. Kita bisa melihat skema doa-doa harian kita: Apakah lebih banyak syukur yang terucapkan? Ataukah kita melulu mendaraskan aneka permohonan? Sebagai pelita, kita harus melihat bakat dan potensi yang diberikan Tuhan, agar akhirnya kita bisa menjadi berguna bagi dunia dan sesama.

Nyala terang pelita dalam diri kita yang paling bergema seharusnya bersumber dari Ekaristi. Ekaristi menjadi sumber dan puncak tujuan hidup kita. Kemampuan kita untuk hadir dalam Ekaristi merupakan bentuk rasa syukur yang agung. Hadir bukan hanya fisik, melainkan juga psikis dan rohani secara keseluruhan. Menghayati Ekaristi secara benar membuat kita semakin merasakan bahwa Tuhan berkarya begitu luar biasa bagi kita masing-masing.

Hari ini, Tuhan sudah memberi kita kesempatan untuk bekerja bagi-Nya dengan menghadirkan aneka situasi dan perjumpaan. Mampukah kita mempertahankan nyala terang diri kita masing-masing? Sanggupkah kita memberi diri bagi sesama dengan kesadaran sebagai abdi Tuhan? Tuhan memberkati.