Saudara di Dalam Tuhan

Selasa, 26 September 2023 – Hari Biasa Pekan XXV

73

Lukas 8:19-21

Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: “Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” Tetapi Ia menjawab mereka: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.”

***

Yesus memperluas makna relasi keluarga dan kekerabatan di dalam Allah. Dasar dari relasi itu bukan hanya tentang fisik yakni hubungan darah saja, melainkan juga tentang kesatuan iman kepada-Nya. Yesus hendak menegaskan bahwa setiap orang di dunia ini merupakan saudara satu dengan yang lainnya. Persaudaraan atas nama iman akan membuahkan sikap menghormati, menghargai, dan kesediaan untuk berjalan bersama sebagai abdi Tuhan. Dengan menyadari bahwa kita satu sama lain adalah saudara, kedamaian dan kesejahteraan akan mudah digapai.

Bekal iman yang sama itu ditopang oleh keterbukaan hati dan telinga untuk mendengarkan sabda-Nya. Cara setiap orang mendengarkan berbeda, tetapi tujuannya sama, yakni untuk menguatkan diri sebagai orang beriman. Di tengah realitas dunia yang mudah mengotak-ngotakkan orang berdasarkan aneka macam latar belakang hidup, kita diajak untuk melihat satu sama lain sebagai saudara. Persaudaraan adalah salah satu cara beriman yang paling konkret.

Panggilan sebagai murid Tuhan merupakan ajakan bagi kita untuk membuka hati pada realitas dunia melalui kacamata Allah. Artinya, kita diajak untuk mewujudkan iman kita melalui keterlibatan menjadi sesama bagi orang lain. Apa yang kita dengarkan dari sabda Tuhan, kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Demikianlah rumus sederhana hidup dalam kehendak Tuhan. Namun, usaha untuk mewujudkan itu membutuhkan perjuangan. Sering kali kita terjebak pada keinginan untuk didengarkan daripada mendengarkan. Inilah yang membuat kita tidak mampu mengembangkan sikap rendah hati, dan yang membuat kesombongan dan egoisme kita semakin menguat. Melalui bacaan Injil hari ini, kita dilatih untuk belajar mendengarkan, baik itu mendengarkan sabda Tuhan maupun mendengarkan sesama.

Ikatan persaudaraan dalam Tuhan adalah wujud Gereja yang mendunia. Perjuangan untuk mewujudkan itu diserahkan kepada kita saat ini. Melalui aneka perjumpaan, kita diharapkan mempunyai sikap batin menjadi saudara. Jika kita mampu membawa diri secara benar di tengah masyarakat dan dianggap sebagai saudara oleh orang lain, itu berarti kita telah melaksanakan tugas pengutusan dengan baik. Panggilan sebagai murid Tuhan kita hidupi dalam kebersamaan dengan orang lain.

Mari kita laksanakan sikap menjadi saudara dalam rasa hormat, saling menghargai, dan berjalan bersama. Setiap orang yang kita jumpai adalah anugerah dari Tuhan agar kita bisa menjadi saudara bagi mereka. Tuhan memberkati.