Konsekuensi Menerima Baptisan

Minggu, 18 Februari 2024 – Hari Minggu Prapaskah I

67

Markus 1:12-15

Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia.

Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”

***

Bacaan Injil hari ini berkisah tentang konsekuensi baptisan yang diterima Yesus. Sesudah dibaptis di Sungai Yordan yang terletak tidak jauh dari padang gurun, Yesus harus mengalami padang gurun itu secara lebih mendalam. Padang gurun adalah simbol wilayah kekuasaan setan. Yesus harus masuk ke situ untuk menghadapi yang jahat. Apa yang dilakukan Yesus di padang gurun tidak dijelaskan oleh Markus. Mengingat kondisi tempat itu, sudah pasti Ia hidup dalam keprihatinan. Dengan itu, Yesus menempa diri dan berusaha memahami tugas pengutusan-Nya.

Sebuah kabar mengejutkan kemudian disampaikan oleh penginjil Markus: Yohanes Pembaptis ditangkap. Begitulah nasib utusan Allah yang gigih membela kebenaran. Para nabi dahulu mengalaminya, Yohanes sekarang mengalaminya, Yesus nanti juga demikian. Setelah Yohanes ditangkap, tugas mewartakan Kerajaan Allah selanjutnya berada di pundak Yesus.

Karena itu, mulailah Yesus mengelilingi wilayah Galilea. Ia mewartakan Injil Allah, yang berarti kabar baik dari Allah yang dititipkan kepada-Nya untuk diberitakan. Dua hal diserukan Yesus. Pertama, kabar keselamatan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Allah sudah menetapkan saat kehadiran-Nya untuk menegakkan kedaulatan-Nya. Kedua, seruan agar manusia bertobat dan percaya kepada Injil. Ini berarti pertobatan bukan lagi sekadar berbalik dari dosa, melainkan berhubungan pula dengan keterbukaan seseorang pada Allah dan kehendak-Nya. Dengan ini, Yesus berpesan kepada para pendengar-Nya: Hendaknya hati mereka terbuka pada karya keselamatan Allah, percaya pada Injil, serta percaya pada kabar gembira yang dibawa dan diwartakan oleh-Nya.

Dengan menerima baptisan, kita menjadi orang Kristen. Segera sesudah air baptis mengguyur kepala kita, Allah mendesak kita masuk ke padang gurun dunia ini yang tandus, kering, dan keras untuk menghadapi aneka macam godaan seumur hidup kita. Dengan demikian, menjadi pengikut Kristus rupanya menuntut kita memiliki mental dan kepribadian yang kuat, alih-alih lemah dan suka bersikap manja. Kita mau menolak yang jahat, kita hanya mau taat kepada Bapa, karena itu kita tahu bahwa jalan kita akan terjal dan menantang. Mengikuti teladan sang Guru, mari kita menghadapi padang gurun kehidupan ini dengan tegar. Tuhan selalu beserta kita.