Doa Bapa Kami

Selasa, 20 Februari 2024 – Hari Biasa Pekan I Prapaskah

64

Matius 6:7-15

“Lagi pula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di surga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]

Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”

***

Dalam khotbah di bukit, Yesus tidak lupa berbicara tentang doa. Nasihat-Nya berawal dari keprihatinan bahwa oleh banyak orang, doa malah dijadikan sarana untuk pamer dan mencari pujian. Semestinya orang berdoa bukan agar dilihat orang lain, melainkan agar antara dia dan Bapa terjalin komunikasi yang akrab serta hubungan yang erat.

Karena itulah Yesus menganjurkan agar orang berdoa di tempat tersembunyi, juga agar doanya tidak bertele-tele. Ia pun mengajarkan kepada mereka sebuah doa yang singkat, padat, namun penuh makna, yakni Doa Bapa Kami. Doa ini istimewa sebab tidak melulu berisi permintaan ini dan itu dari si pendoa. Yang terutama ditonjolkan justru permohonan agar nama Bapa dikuduskan, agar kerajaan-Nya segera datang, dan agar kehendak-Nya senantiasa terjadi di muka bumi.

Memang sangat disayangkan kalau doa malah menjadi ajang bagi manusia untuk menghujani Tuhan dengan aneka macam tuntutan. Ketika yang diharapkan tidak terpenuhi, Tuhan lalu dijadikan sasaran kekecewaan dan kemarahan, seolah-olah Ia tidak peduli pada hidup manusia yang penuh derita.

Doa orang beriman seharusnya tidak seperti itu. Tuhan itu mahakuasa dan mahabaik. Marilah kita berdoa pertama-tama dan terutama agar kehendak-Nya senantiasa terwujud di muka bumi. Dalam doa itu sebenarnya sudah tercakup segala yang kita butuhkan, sebab tentunya Tuhan menghendaki yang terbaik terjadi pada diri kita semua.