Percaya kepada Anak Manusia

Minggu, 10 Maret 2024 – Hari Minggu Prapaskah IV

47

Yohanes 3:14-21

“Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak tampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.”

***

Pengalaman hidup yang pahit dan menyedihkan tidak selalu bermakna negatif. Selalu ada makna positif dari sebuah peristiwa. Di saat kita gagal atau kurang maksimal dalam menjalani hidup ini, inilah undangan bagi kita untuk bangkit dan untuk lebih mengandalkan Tuhan. Hati yang gelisah dan tidak tenang merupakan pertanda bahwa selama ini kita menjauh dari Tuhan, atau bahwa kita mengenal Tuhan sebatas di pikiran, belum sampai pada hati.

Kerinduan untuk selalu dekat dan untuk berjumpa dengan Tuhan harus selalu dijaga agar tidak padam, meski dalam situasi sulit sekalipun. Kerinduan akan Dia adalah sumber sukacita dalam perjalanan hidup kita. Mengapa demikian? Sebab, Tuhan senantiasa menyelamatkan, membebaskan, mengangkat, memulihkan martabat, serta mengampuni kesalahan dan dosa kita.

Setiap orang pasti pernah merasakan pengalaman dikasihi, dikenal, dan diingat. Pengalaman itu membuat kita merasa sebagai pribadi yang istimewa. Tuhan mengasihi kita, sebab di mata-Nya kita semua adalah pribadi-pribadi yang istimewa. Ia menghadirkan Putra-Nya untuk menebus kita. Yesus mati di kayu salib demi keselamatan kita. Ia benar-benar adalah pokok sukacita kita. Meski perjalanan hidup kita terjal, penuh gejolak dan tekanan, pengorbanan dan pengosongan diri Yesus menjadi kekuatan kita untuk setia menjalaninya sampai akhir.

Bacaan Injil hari ini menegaskan: Setiap orang yang percaya kepada Anak Manusia tidak akan binasa, tetapi akan memperoleh hidup yang kekal. Hendaknya pernyataan itu kita imani kebenarannya dan kita pegang teguh. Yesus benar-benar kita jadikan bagian hidup kita yang tidak dapat diambil, dilepaskan, atau dirampas oleh siapa pun. Sebagai orang Katolik, kita harus memiliki iman yang militan. Iman seperti itulah yang akan menghadirkan transformasi dalam hidup kita dan akan membuat kita terus memancarkan terang Kristus. Jadilah pribadi Katolik yang bersukacita dan berbangga akan salib Yesus yang menyelamatkan!