Kasih yang Berkualitas

Kamis, 14 Maret 2024 – Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

79

Yohanes 5:31-47

“Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting daripada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.

Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”

***

Kasih mengatasi segalanya, lebih-lebih mengatasi emosi-emosi negatif yang ada dalam diri kita. Kasih yang berkualitas adalah kasih yang tulus. Kasih seperti itu pasti akan berdampak dalam hidup, terutama ketika kita berhadapan dengan saat-saat sulit. Kita akan menjadi pribadi yang lebih sabar jika dikuasai oleh kasih. Kasih yang berkualitas bersumber pada pengalaman akan kasih Allah yang tercurah secara berlimpah ruah kepada kita.

Setiap orang harus mampu merasakan pengalaman dikasihi, diperhatikan, serta diampuni dari kesalahan dan dosa. Betapa indah dan nikmatnya pengalaman dikasihi. Itu membuat hidup dan martabat kita sebagai manusia semakin bermakna. Meski memiliki kerapuhan dan kesalahan, kita adalah pribadi-pribadi yang berarti. Oleh sebab itu, jangan sia-siakan kasih Allah, jangan pula membiarkan kasih dalam diri kita membatu, tidak berdampak, dan tidak berbuah.

Kasih harus disegarkan, didewasakan, dan diuji dalam situasi-situasi yang tidak mudah. Pertobatan kita dalam Masa Prapaskah ini dapat dilakukan dengan mendewasakan semangat kasih yang ada dalam diri kita. Jika sebelumnya kepedulian kita terhadap sesama belum tulus, sekarang kita harus mengubahnya menjadi uluran tangan yang bebas, ikhlas, gembira, dan tak kenal lelah. Jika sebelumnya kita kurang menyadari akan kehadiran Allah dan kuat kuasa-Nya, sekarang kita harus semakin berserah dan mengandalkan Dia.

Saudara-saudari sekalian, Tuhan mencintai kita tanpa batas. Dia mengasihi kita dan kasih-Nya itu hebat, kuat, dan dahsyat. Mari membangun diri kita agar kita menjadi pribadi yang bisa merasakan kasih dan gembira untuk mengasihi. Kita hidup bukan hanya untuk menerima dan meminta, melainkan juga untuk memberi dan berbagi.