Olah Sabda dan Olah Kebaikan

Kamis, 26 Juni 2025 – Hari Biasa Pekan XII

37

Matius 7:21-29

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.

***

Mendengar sabda dan melakukannya adalah perintah Yesus yang harus dilaksanakan oleh para murid-Nya. Kata kerja “mendengar” dan “melakukan” punya prioritas yang sama. Mendengar berarti memusatkan perhatian secara penuh, sedangkan melakukan berarti rela mengemban tugas dengan gembira dan tulus hati.

Pertama-tama, Yesus menekankan pentingnya kesediaan para murid untuk mendengar sabda. Upaya itu bisa dilakukan secara mandiri ataupun komunal. Yang terpenting adalah kita mempunyai rutinitas berdialog dengan Tuhan. Harapannya, setiap tindakan yang kita buat didasari oleh penghayatan sabda. Ini mengajak kita untuk memurnikan motivasi dan tujuan suatu tindakan.

Kebaikan yang tidak didasari oleh kekuatan sabda biasanya tidak memunculkan cinta kasih yang sempurna. Jika terjadi persinggungan, konflik, atau halangan, kebaikan itu akan hilang. Orang menjadi kecewa, putus asa, dan tidak lagi berbuat baik karenanya. Ketahanan diri si pelaku kebaikan dibenamkan oleh aneka kesulitan. Berbeda halnya kalau kebaikan didasari oleh semangat sabda. Si pelaku kebaikan akan terus berjuang dengan gigih kendati banyak tantangan. Ini karena dia percaya bahwa Tuhan akan membantu dan menyertai segala upaya dan perbuatan baik yang dilakukannya.

Setelah kebiasaan mendengar sabda kita miliki, kita kemudian diminta untuk keluar dari diri sendiri. Kita harus mengamalkan ajaran sang Sabda secara konkret. Sabda Tuhan memampukan kita bergerak bersama dunia. Barangkali pergerakan kita diawali dari wilayah yang menurut kita nyaman, aman, dan dekat. Namun, hal itu secara perlahan harus ditingkatkan menuju cakupan yang lebih luas, yaitu kepada setiap orang. Pengamalan sabda bertujuan untuk membagikan kebaikan dan karya ilahi. Orang yang sudah matang dalam olah sabda akan terdorong untuk melakukan olah kebaikan dengan peduli kepada sesama dan rela hati memberikan diri kepada orang lain. Dia percaya bahwa Tuhan akan memperlengkapi segala usaha dan kebaikan yang dilakukannya.

Karena itu, bacaan Injil hari ini mengajak kita menyentuh tataran yang konkret. Kita diutus berbuat baik sebagai perwujudan pelaksanaan kehendak Bapa yang bersumberkan dari kekuatan sabda-Nya. Semoga hari ini, kita mampu menemukan tempat dan kesempatan untuk berbuat baik, serta mengisi hidup kita dari olah sabda yang berkualitas.