Rencana Allah Tak Akan Bisa Dibendung

Kamis, 18 Januari 2018 – Hari Biasa Pekan II

213

Markus 3:7-12

Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: “Engkaulah Anak Allah.” Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.

***

Ada yang berkata bahwa “kekristenan dibangun di atas darah para martir.” Benar sekali pendapat itu. Meneladani sang Guru yang rela menumpahkan darah, para rasul juga tidak segan kehilangan nyawa asalkan Kabar Baik tersebar ke segala penjuru bumi. Martir-martir suci yang hadir sesudah mereka punya pendirian serupa. Iman orang-orang ini tidak goyah meski hidup mereka terancam derita dan maut. Mereka akhirnya memang mati, tetapi lihatlah: Kabar Baik kini tersebar ke mana-mana, dikenal dan dicintai banyak orang.

Tidak ada kekuatan manusia yang mampu menghalangi rencana Allah. Pengalaman Yesus menunjukkan hal itu. Meski dimusuhi sejumlah kalangan, karya pewartaan-Nya sama sekali tak terbendung. Kehadiran Yesus justru semakin menarik perhatian banyak orang. Mereka datang dari berbagai daerah, bahkan dari tempat-tempat yang jauh, untuk melihat Dia dan merasakan kuasa-Nya.

Begitu banyaknya mereka sampai-sampai Yesus memerlukan perahu agar tidak terhimpit. Yesus sendiri sungguh mengerti harapan dan kerinduan orang-orang yang mendatangi-Nya itu. Penyakit mereka disembuhkan, roh-roh jahat pun disingkirkan oleh-Nya. Sebagai puncak, roh-roh jahat itu takluk sepenuhnya terhadap Yesus dan mengakui bahwa Dia adalah Anak Allah.

Karya Yesus mendapat banyak tantangan, tetapi perikop ini adalah sinyal bahwa pada akhirnya kemenangan akan berada di pihak-Nya. Kiranya ini menjadi inspirasi bagi kita untuk senantiasa mewartakan Kabar Baik tanpa rasa takut. Batu sandungan akan dihadapi oleh siapa saja yang menyuarakan kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Jangan gentar! Bahkan meskipun musuh berhasil menyingkirkan kita, perjuangan kita akan diteruskan orang lain. Tuhan sendiri yang akan mengaturnya, tepat seperti kata pepatah: “Mati satu tumbuh seribu.”