Problem Kesetiaan: Belajar dari Nabi Hosea (6)

970

Keluarga Hosea

Ketika mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, TUHAN berfirman kepadanya, “Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi Tuhan” (Hos. 1:2). Perintah ini terdengar sangat aneh: Bagaimana mungkin seorang nabi diperintahkan untuk mengawini seorang perempuan sundal, perempuan yang tidak layak untuk dijadikan istri? Namun, bagaimanapun Hosea menjalankan perintah ini, sehingga pertanyaannya kemudian menjadi: Apa maksud Tuhan memberikan perintah ini kepada sang nabi? 

Perkawinan dengan seorang pelacur

Hosea menjalani hidup yang tidak biasa: ia kawin dengan seorang pelacur bernama Gomer. Hukum Taurat memang melarang orang tua membiarkan anaknya menjadi pelacur, tetapi tidak ada hukuman bagi yang melanggar larangan ini (Im. 19:29). Para imam dilarang untuk mengawini seorang pelacur, tetapi juga tidak ada hukuman bagi mereka yang melanggarnya (Im. 21:7, 14). Masyarakat Israel dalam Perjanjian Lama dalam batas tertentu memaklumi pelacuran, tetapi jelas memandangnya sebagai tindakan yang tidak bermoral. Mereka memandang rendah “pekerjaan” sebagai pelacur (bdk. Am. 7:17). Karena itu, para guru hikmat menganjurkan agar orang tidak membiarkan diri jatuh ke tangan pelacur (Ams. 23:27; 29:3). Seorang pelacur mempunyai banyak kekasih yang diharapkan dapat memberikan keuntungan kepadanya (bdk. Hos. 2:4).

Dari situ, tindakan Hosea mengawini seorang pelacur sulit untuk diterima dan dalam pandangan umum pasti dianggap aneh. Ia harus hidup dengan seorang perempuan yang sulit diharapkan setia kepadanya. Selain itu, bila seorang perempuan tidak didapati tanda-tanda keperawanan padanya ketika menikah, ia harus dibawa ke luar ke depan pintu rumah ayahnya, dan orang-orang sekotanya harus melempari dia dengan batu sampai mati. Perempuan itu dianggap telah menodai orang Israel dengan bersundal di rumah ayahnya (Ul. 22:13-21).

Kitab Suci memang tidak bercerita tentang reaksi orang-orang di sekitar Hosea terhadap kehidupan perkawinan yang dijalaninya. Namun, dengan memperhatikan situasi zamannya, dapat dikatakan bahwa Hosea telah mengambil tindakan yang oleh orang banyak akan dilihat sebagai tindakan bodoh.

Meskipun demikian, Hosea sangat mengasihi Gomer, dan istrinya itu melahirkan tiga orang anak, yakni Yizreel, Lo Ruhama, dan Lo Ami. Nama-nama yang diberikan kepada ketiga anak ini mempunyai arti penting dalam nubuat-nubuat yang disampaikan Hosea. Yizreel mengingatkan pada sebuah tempat di mana Yehu, seorang yang kemudian menjadi raja Israel, melakukan banyak pembunuhan; Tuhan akan membalas kejahatan yang telah dilakukannya (Hos. 1:4-5). Lo Ruhama (artinya “tidak dikasihi”) mengungkapkan kenyataan bahwa Israel yang tidak setia itu tidak layak dikasihi oleh Allah (Hos. 1:6-7). Sedangkan Lo Ami (artinya “bukan umat-Ku”) mengungkapkan bagaimana Tuhan telah menolak Israel karena telah meninggalkan-Nya dan berpaling kepada dewa-dewi asing (Hos. 1:8).

Walaupun sudah berkeluarga, Gomer tetap berlaku sebagai pelacur. Ia menjadi istri yang tidak setia dengan meninggalkan suaminya dan tetap berzina. Namun, Hosea mengambilnya kembali sebagai istrinya. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: Mengapa Hosea bertindak demikian? Mengapa ia mengasihi orang yang tidak layak untuk dikasihi?

(Bersambung)