Sikap Dasar Kristiani: Rendah Hati

Rabu, 18 Juli 2018 – Hari Biasa Pekan XV

151

Yesaya 10:5-7, 13-16

Celakalah Asyur, yang menjadi cambuk murka-Ku dan yang menjadi tongkat amarah-Ku! Aku akan menyuruhnya terhadap bangsa yang murtad, dan Aku akan memerintahkannya melawan umat sasaran murka-Ku, untuk melakukan perampasan dan penjarahan, dan untuk menginjak-injak mereka seperti lumpur di jalan. Tetapi dia sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak demikian rancangan hatinya, melainkan niat hatinya ialah hendak memunahkan dan hendak melenyapkan tidak sedikit bangsa-bangsa.

Sebab ia telah berkata: “Dengan kekuatan tanganku aku telah melakukannya dan dengan kebijaksanaanku, sebab aku berakal budi; aku telah meniadakan batas-batas antara bangsa, dan telah merampok persediaan-persediaan mereka, dengan perkasa aku telah menurunkan orang-orang yang duduk di atas takhta. Seperti kepada sarang burung, demikianlah tanganku telah menjangkau kepada kekayaan bangsa-bangsa, dan seperti orang meraup telur-telur yang ditinggalkan induknya, demikianlah aku telah meraup seluruh bumi, dan tidak seekor pun yang menggerakkan sayap, yang mengangakan paruh atau yang menciap-ciap.”

Adakah kapak memegahkan diri terhadap orang yang memakainya, atau gergaji membesarkan diri terhadap orang yang mempergunakannya? seolah-olah gada menggerakkan orang yang mengangkatnya, dan seolah-olah tongkat mengangkat orangnya yang bukan kayu! Sebab itu Tuhan, TUHAN semesta alam, akan membuat orang-orangnya yang tegap menjadi kurus kering, dan segala kekayaannya akan dibakar habis, dengan api yang menyala-nyala.

***

Bacaan pertama hari ini akan mudah dimengerti bila kita memahami peta perpolitikan dan militer yang terjadi di daerah Timur Tengah kuno pada zaman sebelum bangsa Yehuda dibuang ke Babel (587 SM).

Kerajaan Daud terpecah menjadi dua, dan kekuatan kedua kerajaan ini sama-sama lemah. Kerajaan utara (Israel) dengan ibu kota Samaria mengalami kehancuran di tangan Kerajaan Asyur pada tahun 720 SM. Pada waktu itu, sekitar empat puluh ribu orang Samaria diangkut ke Asyur untuk dijadikan budak, sementara Kota Samaria diisi oleh orang-orang dari Asyur. Pembuangan itu adalah tanda berakhirnya kisah kerajaan utara. Sekarang yang tersisa tinggal saudara mereka di selatan, yaitu Kerajaan Yehuda.

Umat Allah memandang hancurnya kerajaan utara oleh Asyur sebagai bagian dari rencana Allah. Allah menjadikan Kerajaan Asyur sebagai cambuk penghukum untuk umat-Nya di kerajaan utara yang tidak mau bertobat. Allahlah yang memberikan Asyur kekuasaan untuk menghancurkan kerajaan utara.

Namun, apa yang terjadi? Cambuk penghukum itu malah jatuh pada kesombongan dan nafsu kekuasaan. Kerajaan Asyur serta rajanya ternyata mempunyai maksud jahat, yaitu ingin menjadi penguasa dunia. Mereka bermaksud menghancurkan bangsa-bangsa di sekitarnya, termasuk kerajaan selatan yang masih berdiri pada waktu itu. Karena itulah di sini dinyatakan bahwa Kerajaan Asyur nanti akan dihancurkan oleh Allah. Mereka akan musnah. Kerajaan itu akan berakhir dalam sebuah kehancuran yang dahsyat.

Satu hal yang bisa kita petik dalam kisah ini adalah sikap rendah hati. Ketika kita jaya, berhasil, dan sukses, kita diajak untuk mempunyai hati yang tidak sombong. Jangan memegahkan segala prestasi kita sebagai usaha kita belaka.