Keluarga Jasmani dan Keluarga Rohani

Selasa, 24 Juli 2018 – Hari Biasa Pekan XVI

1219

Matius 12:46-50

Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Maka seorang berkata kepada-Nya: “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”

***

Yesus sedang sibuk mengajar di Kapernaum. Sanak saudara-Nya datang, termasuk sang ibu. Mungkin mereka sudah berjalan sekitar empat puluh kilometer dari Nazaret. Sesampainya di tempat Yesus mengajar, mereka berusaha menemui-Nya. Agaknya orang banyak menjadi penghalang. Akibatnya, mereka menempati lingkaran luar, sedangkan para murid dan pendengar lainnya berada di lingkaran dalam, yakni di sekitar Yesus. Posisi “luar-dalam” ini menjadi ilustrasi bagi Yesus untuk mengontraskan keluarga jasmani dan keluarga rohani-Nya. Bagi Yesus, keluarga jasmani tentu penting dan patut dihormati. Akan tetapi, dalam rangka Kerajaan Allah yang tengah Ia hadirkan, keluarga rohani lebih penting.

Apa saja kriteria untuk menjadi anggota keluarga rohani Yesus? Pertama, seperti para murid, mereka harus berada di sekitar Yesus. Mereka harus senantiasa mengikuti-Nya, menjadi saksi mata dan telinga atas semua tindakan dan sabda-Nya. Hal ini sungguh mendasar, sebab kesaksian merekalah yang menentukan hidup Gereja selanjutnya. Gereja selanjutnya menjadi pewaris dan penerus kesaksian tentang sabda dan karya Yesus.

Kedua, anggota keluarga rohani Yesus adalah “siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku.” Anggota keluarga Yesus adalah siapa saja yang melakukan kehendak Bapa di surga. Kriteria kekerabatan dan hubungan darah tidak dipakai lagi, tetapi praksis hidup yang sesuai kehendak Bapa. Jemaat Kristus sepanjang masa hendaknya juga mengikuti kriteria yang sama. Jemaat janganlah dipersempit oleh ikatan-ikatan tradisional dan primordial, seperti suku, agama, dan ras. Jemaat Kristus yang sejati adalah paguyuban yang terbuka bagi semua orang yang siap melakukan kehendak Bapa di surga seperti yang diajarkan dan diteladankan oleh sang Anak.