Mengharapkan Kepekaan

Kamis, 12 Maret 2020 – Hari Biasa Pekan Prapaskah II

143

Lukas 16:19-31

“Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.”

***

Orang datang berobat ke dokter karena menyadari bahwa dia tidak mampu mengobati dirinya sendiri. Ia tidak berdaya dan membutuhkan orang lain. Sementara itu, seorang bayi membiarkan dirinya digendong orang lain karena masih lemah dan belum mampu berjalan sendiri. Demikianlah, hidup mengajarkan kita bahwa pada titik tertentu kita membutuhkan orang lain. Tidak ada seorang pun yang bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Kita semua adalah manusia yang bagaimanapun mempunyai kelemahan.

Dalam bacaan Injil hari ini, tokoh Lazarus menjadi gambaran orang-orang miskin yang membutuhkan bantuan, perhatian, dan kepedulian dari sesama karena ketidakberdayaan dan ketidakmampuan mereka. Seiring perkembangan zaman, orang-orang seperti Lazarus merintih, menahan rasa lapar dan haus, baik secara lahir maupun batin. Ada yang terang-terangan meminta, tetapi ada pula yang dalam diamnya mengharapkan kepekaan dari orang-orang lain di sekitarnya.

Mari kita sejenak kembali ke keluarga, rumah, atau lingkungan kita masing-masing. Bukalah mata hati kita untuk menemukan orang-orang sekitar yang sedang mengharapkan perhatian, kepedulian, dan kepekaan kita. Selagi mampu, ulurkanlah tangan kita kepada mereka. Hidup ini terlalu singkat. Jangan sampai nanti kita menyesal karena tidak peduli kepada orang-orang di sekitar kita selama masih bersama di dunia ini.