Bersyukur atas Rahmat Penebusan

Sabtu, 18 Juli 2020 – Hari Biasa Pekan XV

146

Matius 12:14-21

Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.

Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.”

***

Persekongkolan merupakan istilah yang bernuansa negatif. Tindakan bersekongkol umumnya dilakukan oleh sejumlah pihak yang sama-sama mempunyai tujuan yang tidak baik. Bisa jadi pihak-pihak ini awalnya tidak sejalan, tetapi dalam rangka menjatuhkan seseorang, mereka bersedia sejenak bersatu padu untuk mencapai tujuan tersebut.

Hari ini kita mendengar bahwa orang Farisi bersengkongkol untuk membunuh Yesus. Bersama-sama, mereka mengamat-amati aktivitas Yesus dan mencari-cari kesalahan diri-Nya. Yesus mengetahui akan persekongkolan itu, tetapi memilih untuk tidak menanggapi-Nya. Ia tetap setia dengan misi yang dijalankan-Nya, yakni menyelamatkan manusia. Yesus sangat percaya bahwa Bapa yang mengutus-Nya tidak akan meninggalkan diri-Nya berjuang sendiri.

Dengan mengutip nubuat dalam kitab Yesaya, “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya,” Penginjil Matius menegaskan bahwa Yesus adalah pengharapan bagi setiap orang yang membutuhkan keselamatan. Dialah andalan bagi orang-orang yang berdosa dan yang penuh dengan kelemahan. Yesus tidak hanya berbicara. Apa yang Ia katakan selalu disertai dengan tindakan yang nyata.

Kematian Yesus di kayu salib tampaknya menunjukkan kemenangan persekongkolan orang-orang yang memusuhi-Nya. Namun, kemenangan itu semu belaka. Yesus selalu mengutamakan kehendak Bapa, sehingga Bapa sendiri menyatakan, “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan.” Sebagai seorang hamba, Yesus melaksanakan apa yang dikehendaki Bapa. Ia tidak akan berbantah, tidak akan berteriak, tetapi taat sepenuhnya kepada kehendak Bapa.

Saat ini kita tengah berjuang melawan wabah Covid-19. Banyak orang khawatir dan takut menghadapi situasi sekarang. Para tenaga medis pun banyak yang kelelahan melayani para pasien. Sangat terasa bahwa semua pihak merindukan hadirnya keselamatan. Semua berdoa kepada Yang Mahakuasa agar dibebaskan dari ancaman maut virus corona. Situasi ini kiranya membantu kita untuk merasakan secara nyata misi Yesus dalam menyelamatkan manusia. Yesus tidak hanya menyembuhkan luka-luka dosa, tetapi juga menyelamatkan dan menebus, sehingga manusia bebas dari kematian akibat dosa.

Marilah kita bersyukur dan berterima kasih kepada Yesus yang rela menjadi hamba untuk mencari, mengobati, dan menyelamatkan kita semua dari virus-virus dosa yang mematikan. Rasa syukur itu kita ungkapkan dengan hidup sesuai kehendak Bapa, yaitu mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri. Memang hal itu tidak mudah, tetapi mari kita mencobanya bersama-sama.