Iman yang Luar Biasa

Senin, 9 Juli 2018 – Hari Biasa Pekan XIV

533

Matius 9:18-26

Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: “Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup.” Lalu Yesus pun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.

Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, berkatalah Ia: “Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur.” Tetapi mereka menertawakan Dia. Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu.

***

Ini kisah tentang dua orang yang imannya luar biasa. Yang pertama seorang kepala rumah ibadat. Anaknya baru saja meninggal. Ia pun datang kepada Yesus dengan keyakinan bahwa anaknya itu akan hidup kembali asal saja Yesus menyentuh jenazahnya. Berikutnya adalah seorang perempuan yang lama sakit pendarahan. Perempuan itu yakin bahwa cukup dengan menyentuh jumbai jubah Yesus, penyakitnya pasti akan sembuh.

Dua orang itu punya banyak persamaan. Keduanya menanggung beban hidup yang berat. Dalam situasi tersebut, mereka sama-sama berharap pada Yesus. Mereka percaya, Yesus sanggup mengangkat derita itu dari pundak mereka.

Yang hebat, iman itu membuat mereka berdua bersikap gigih, tidak mau menyerah pada nasib. Tidak peduli anaknya sudah mati, tidak peduli penyakitnya parah, tetap saja mereka menjumpai Yesus.

Kegigihan itu membuat mereka punya satu kesamaan lagi: Yesus menyambut hangat iman mereka. Ia pun berkenan memenuhi harapan keduanya: yang sakit diberi-Nya kesembuhan, yang mati diberi-Nya kehidupan.

Bagi sebagian orang, penderitaan menghancurkan iman, sebab di situ kepedulian dan kasih sayang Tuhan tidak lagi mereka rasakan. Bagi yang lain, penderitaan justru meneguhkan iman, sebab dalam saat-saat berat, berkat dan perlindungan Tuhan justru tampak secara nyata. Dalam kelompok mana kita termasuk?