Rumah Doa

Jumat, 23 November 2018 – Hari Biasa Pekan XXXIII

545

Lukas 19:45-48

Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”

Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.

***

“RumahKu adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” Yesus berkata demikian, memadukan nubuat Nabi Yesaya dan Yeremia (Yes. 56:7 dan Yer. 7:11).

Sering kali ketika kita membaca kutipan dari Perjanjian Lama, kita akan terbantu memahami ajaran-ajaran dalam Perjanjian Baru. Yesaya bab 56 merupakan bagian dari Trito-Yesaya (Yes. 56 – 66), yang umumnya berisikan gambaran keadaan di mana Tuhan memenuhi janji-janji keselamatan-Nya di masa yang akan datang. Namun, masa keselamatan itu bukannya gratis tanpa syarat. Umat Israel yang sudah ditebus dan diperbarui dituntut agar mempunyai cara hidup yang benar dan adil di mana ketaatan terhadap hukum, serta kehidupan dalam kebenaran, keadilan, kesetiaan, dan kasih menjadi kunci keselamatan mereka.

Pada masa keselamatan itu, orang-orang dari segala suku bangsa yang hidupnya selaras dengan perintah Allah akan memperoleh kesukaan di dalam rumah doa bagi segala bangsa. Dengan menyubut “rumah doa bagi segala bangsa,” Allah menegaskan kehadiran-Nya di tengah-tengah umat manusia. Kehadiran Allah akan membuat kurban, doa, dan persembahan menjadi efektif, di mana Allah akan berkenan menerima kembali kurban-kurban bakaran dan kurban-kurban sembelihan. Di samping itu, Allah akan membuka rumah-Nya. KehadiranNya tidak hanya akan dirasakan oleh orang Israel saja, melainkan juga oleh seluruh bangsa di bawah kolong langit.

Namun, Yesus tidak hanya mengutip pewartaan Nabi Yesaya. Ia menggabungkannya dengan kutipan dari nubuat Nabi Yeremia di mana dikatakan, “Sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini?” (Yer. 7:11). Konteks dari nubuat ini adalah keadaan pada zaman Nabi Yeremia. Saat itu, keadaan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan sangat merosot. Mereka tidak lagi hidup berdasarkan hukum dan perintah Allah. Sebaliknya, mereka malahan mencuri, membunuh, berzina, bersumpah palsu, membakar kurban kepada Baal, dan sebagainya (bdk. Yer. 7:8). Anehnya, mereka tidak merasa bersalah dan berdosa sama sekali. Malahan mereka tetap datang ke hadapan Allah untuk mempersembahan kurban dan merasa yakin bahwa mereka pasti diselamatkan. Inilah yang disebut keyakinan palsu. Kurban persembahan dilakukan hanya untuk menutupi kebobrokan hidup mereka sehari-hari.

Dengan kehadiran Yesus di Bait Allah di mana tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam-Nya (bdk. Luk. 19:47), mau ditegaskan bahwa kehadiran Allah itu sungguh nyata, dapat dilihat dan dirasakan. Di sini Injil Lukas mau meyakinkan bahwa rasa aman tidak lahir dari persembahan-persembahan. Persembahan-persembahan yang mereka sajikan seolah-olah  “memaksa” Allah untuk hadir dan hanya memberikan rasa aman yang palsu. Kini Allah hadir secara baru dan secara langsung. Ia langsung mengajar di tengah umat. Inilah awal dari sebuah zaman baru. Kehadiran Allah yang demikian itu selaras dengan tanggapan dari orang-orang banyak yang hadir dan mendengarkan ajaran Yesus. Mereka dikatakan terpikat kepada Yesus dan ingin selalu mendengarkan-Nya.