Makan dan Makan Bersama

Rabu, 5 Desember 2018 – Hari Biasa Pekan I Adven

272

Matius 15:29-37

Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel.

Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.” Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: “Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?” Kata Yesus kepada mereka: “Berapa roti ada padamu?” “Tujuh,” jawab mereka, “dan ada lagi beberapa ikan kecil.” Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh.

***

Ada dua mukjizat Yesus memberi makan dalam Injil Matius, yakni untuk lima ribu orang dan untuk empat ribu orang. Yang kita dengar hari ini adalah penggandaan makanan untuk empat ribu orang. Tampaknya mukijizat ini kalah populer. Maklum, jumlah orang yang makan kalah banyak, jumlah roti yang tersisa juga kalah banyak (dua belas bakul melawan tujuh bakul).

Namun, ada beberapa pokok yang tetap relevan dari teks ini. Pertama, mukjizat ini dibuat Yesus di daerah orang non-Yahudi. Matius tidak menyatakannya secara tegas seperti Markus, tetapi di akhir cerita tentang penyembuhan yang dibuat Yesus dikatakan bahwa orang banyak yang menyaksikan itu “memuliakan Allah Israel.” Konteks cerita ini pun mendukung latar non-Yahudi: Yesus berbicara soal tahir dan najis (Mat. 15:1-20) dan  memuji besarnya iman seorang perempuan Kanaan di daerah Tirus dan Sidon (Mat. 15:21-28). Jadi, Matius hendak menampilkan Yesus yang menghadirkan belas kasih Allah juga kepada orang non-Yahudi. Ia adalah Mesias yang dinantikan oleh Israel, tetapi juga membawa penyembuhan dan keutuhan kepada semua orang.

Kedua, Yesus menghadirkan belas kasih Allah kepada orang non-Yahudi juga lewat pemberian makan. Tentu saja pemberian makan ini menarik massa, mengingat kondisi Palestina saat itu yang sedang merana. Akan tetapi, makna simbolis makan dan makan bersama jangan dilupakan. Makanan adalah simbol kehidupan: Yesus memberikan diri-Nya sebagai sumber kehidupan sejati bagi semua orang, bukan saja kepada orang Yahudi. Makan bersama adalah simbol penerimaan: Yesus menghadirkan Allah yang menerima semua orang, bukan Allah yang pilih kasih dan berpihak pada suku bangsa tertentu saja!

Ketiga, pemberian makan ini bekaitan erat dengan adegan tentang perempuan Kanaan sebelumnya. Perempuan Kanaan mewakili orang non-Yahudi, yang sering disebut “anjing,” dan tidak layak makan “roti” yang diperuntukkan bagi “anak-anak” (orang Israel). Sekarang, Yesus mengucap syukur atas tujuh roti dan ikan-ikan, lalu memecah-mecahkan roti-roti itu dan memberikan kepada para murid-Nya untuk dibagikan kepada orang banyak (kaum asing). Jadi, si Tuan memberikan “roti” kepada “anak-anak” untuk dibagi-bagikan kepada “anjing” yang duduk makan. Sekarang orang non-Yahudi justru menjadi tamu yang duduk menikmati perjamuan yang disiapkan Tuhan untuk anak-anak-Nya. Yesus datang untuk memperluas dan membuka batas-batas tentang “anak Tuhan.” Julukan ini sekarang mencakup semua orang, juga mereka yang selama ini dicap “anjing” dan “kafir.”

Adven adalah saat kita menantikan Dia, satu-satunya sumber hidup kita. Sekaligus dengan ini kita diajak untuk saling menerima dan berbagi makanan kita. Tuhan mengajak kita untuk membuka semua sekat dan batas yang selama ini menghalangi kita untuk mencintai dan berbagi dengan sebanyak mungkin orang.