Jangan Malu Bersaksi tentang Tuhan

Sabtu, 26 Januari 2019 – Peringatan Wajib Santo Timotius dan Titus

543

2 Timotius 1:1-8

Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus,

kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.

Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam. Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku. Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu. Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.

***

Kita kenangkan hari ini dua orang uskup pada masa awal Gereja, yaitu Santo Timotius dan Titus. Keduanya adalah rekan kerja Paulus dalam pewartaan Injil. Timotius diberi tanggung jawab sebagai uskup di Efesus. Ia dibunuh secara kejam pada tahun 97. Sementara itu, Titus – yang disebut Paulus turut menemaninya ke Yerusalem ketika menghadiri konsili tentang Hukum Musa (Gal 2:1) – mendapat kepercayaan untuk menjadi uskup di Kreta. Ia memegang jabatan ini sampai wafat di tempat itu.

Dalam kesempatan ini, marilah kita merenungkan bagian awal Surat Rasul Paulus yang Kedua kepada Timotius. Dalam bagian ini, Paulus memuji iman Timotius dan sekaligus memberi peneguhan kepadanya untuk selalu setia menjadi saksi Kristus. Kepada Timotius, Paulus mengundang agar berani ikut menderita bersama Kristus.

Undangan yang sama ditujukan kepada kita. Kita menerima Roh yang sama. Allah memberikan kepada kita “Roh yang membangkitan kekuatan, kasih, dan ketertiban.” Roh itu telah menguatkan Paulus, juga meneguhkan Timotius dan Titus. Kita akan diteguhkan oleh Roh yang sama asalkan kita sungguh terbuka pada bimbingan-Nya.

Saya pernah menyaksikan sendiri seorang umat yang adalah pensiunan kepala sekolah menasihati seorang guru muda. Ia mengatakan, “Kita harus bisa menunjukkan diri sebagai orang Katolik. Jangan takut berbuat benar. Takutlah hanya kepada Tuhan.” Nasihat ini mengingatkan saya akan hakikat seorang nabi sebagai juru bicara Allah. Sebagai pewarta kehendak Allah, seorang nabi tidak pernah takut kepada manusia. Ia hanya takut kepada Allah.

Setiap orang Kristen memiliki martabat sebagai nabi. Dalam jalan kehidupan masing-masing, setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi saksi Kristus. Kata-kata Paulus – “Janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita” – patut kita camkan bersama. Roh Kudus sendiri yang memberi kekuatan dan keberanian bagi kita untuk bersaksi tentang Tuhan. Semoga kita selalu terbuka pada karya Roh Allah, sehingga senantiasa mampu menghidupi dan mewartakan iman dengan sukacita.