Peraturan Dibuat untuk Kebaikan Manusia

Selasa, 12 Februari 2019 – Hari Biasa Pekan V

1043

Markus 7:1-13

Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?” Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”

Yesus berkata pula kepada mereka: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban — yaitu persembahan kepada Allah –, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.”

***

Di mana pun kita hidup dan berada, kita tidak bisa lepas dari peraturan. Mulai dari sel terkecil komunitas hidup kita, yakni keluarga, ada ketentuan yang mengatur kehidupan bersama, misalnya tentang bagaimana seharusnya orang tua bersikap terhadap anak-anak mereka, dan sebaliknya. Peraturan dapat kita jumpai juga di sekolah, di instansi tempat kita bekerja, di Gereja, di biara, dan di mana-mana. Peraturan-peraturan itu dibuat berdasarkan kesepakatan antar manusia yang terlibat di dalamnya, untuk mengatur kehidupan dan relasi antar anggota demi kebaikan bersama. Karena dibuat berdasarkan kesepakatan, peraturan dapat diubah bila dianggap tidak dapat atau tidak efektif lagi mengatur kehidupan. Peraturan tersebut lalu diperbarui agar dapat mengatur kehidupan anggotanya dengan lebih baik. Dengan kata lain, peraturan dibuat demi kebaikan bersama umat manusia.

Dalam Injil hari ini dikisahkan tentang aturan dan adat istiadat yang sudah berlaku secara turun-temurun di kalangan masyarakat Yahudi, yakni soal mencuci tangan sebelum makan. Orang Farisi dan ahli Taurat menanyakan kepada Yesus mengapa para murid-Nya tidak mengikuti adat, sebab mereka makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Itu artinya para murid makan dengan tangan yang najis. Kesempatan ini digunakan Yesus untuk menyadarkan mereka akan praktik yang mereka jalankan selama ini. Mereka melaksanakan peraturan dan adat istiadat nenek moyang hanya demi peraturan itu semata, dan bukan demi mewujudkan cita-cita Allah yang menghendaki kebaikan bagi manusia.

Yesus menyebut mereka sebagai orang-orang munafik, yang memuliakan Allah dengan bibir mereka, tetapi hati mereka sebenarnya jauh dari Allah. Perintah Allah mereka kesampingkan demi berpegang dan melaksanakan adat istiadat manusia.

Merenungkan perikop ini, kita diingatkan oleh Yesus akan makna sesungguhnya dari suatu peraturan. Peraturan dibuat agar semua berjalan dengan baik dan teratur, demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan demi kebaikan bersama. Yang terutama adalah tercapainya tujuan itu. Peraturan adalah demi tujuan, bukan demi peraturan itu sendiri.

Apa yang menjadi visi kita? Visi kita adalah visi Yesus sendiri. Yesus datang ke dunia demi keselamatan seluruh umat manusia. Ia datang untuk mewujudkan Kerajaan Allah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik dan penuh kasih. Inilah juga yang menjadi visi kita: melaksanakan perbuatan-perbuatan baik dan penuh kasih, demi keselamatan semua orang dan terwujudnya Kerajaan Allah. Karena itu, kita tidak boleh melaksanakan peraturan hanya demi memuaskan ego kita semata. Kita juga tidak boleh melakukan peraturan demi keuntungan diri kita sendiri. Ketika berhadapan dengan peraturan yang tidak menghadirkan kebaikan dan kesejahteraan bersama, kita harus berani bersikap untuk meluruskannya.