Memantas Diri Sepanjang Hayat

Kamis, 22 Agustus 2019 – Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Ratu

169

Matius 22:1-14

Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: “Hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”

***

Konon, sekitar tahun 1965, terjadi ledakan besar menyangkut  jumlah orang Katolik di berbagai wilayah di Indonesia. Usut punya usut, ada gerakan politis di mana orang akan disebut komunis kalau tidak mempunyai agama. Begitu ketahuan bahwa seseorang tidak beragama, orang itu akan dibunuh atau setidaknya diperlakukan secara tidak baik. Situasi ini membuat orang berduyun-duyun minta dibaptis dan menjadi Katolik agar selamat dari bahaya kematian.

Secara iman, kita meyakini bahwa yang membimbing orang-orang untuk dibaptis dan menjadi Katolik adalah Allah sendiri, bagaimanapun cara dan latar belakangnya. Namun pertanyaannya, iman kristiani seperti apakah yang dihidupi oleh orang-orang yang dibaptis karena keadaan yang memaksa atau karena sekadar ingin dianggap beragama?

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menceritakan tentang perjamuan kawin yang diselenggarakan oleh seorang raja dan dihadiri oleh banyak orang. Masalahnya, di antara hadirin ternyata ada yang tidak mengenakan pakaian pesta. Melihat hal itu, sang raja menjadi murka dan memerintahkan untuk menghukum orang tersebut.

Pesta perjamuan kawin dapat menjadi gambaran Gereja di mana semua orang diperkenankan masuk ke dalamnya, masuk menjadi anggota Gereja, menjadi orang Katolik. Pakaian pesta menjadi lambang bahwa setiap orang yang masuk menjadi anggota Gereja harus senantiasa memantas diri. Memantas diri yang dimaksud adalah senantiasa memperdalam iman.

Bagaimana kita memperdalam iman yang kita hidupi? Bagaimana kita membuat hidup kita semakin berkenan di hadapan sang tuan penyelenggara pesta, yakni Allah sendiri? Mengenai cara memperdalam iman, dalam Gereja Katolik dikenal tahap mistagogi, yakni suatu tahapan pendampingan iman terhadap orang yang baru saja dibaptis. Sampai kapan mistatogi berakhir? Dalam rangka memantas diri dan memperdalam iman, tahap mistagogi berakhir ketika iman kita akan Allah telah mencapai kesempurnaan. Dengan kata lain, kita bertugas menjalani tahap mistagogi selama sepanjang hidup. Pendalaman iman bisa dibuat dengan cara apa saja dan kapan saja.

Demikianlah, kita semua yang telah diundang dan datang ke pesta diajak untuk memantas diri dengan pakaian surgawi, yakni iman yang semakin sempurna, hingga saatnya nanti Allah tersenyum melihat kita sebagai tamu undangan-Nya yang berpakaian kemuliaan.