Gembala untuk Semua

Senin, 4 Mei 2020 – Hari Biasa Pekan IV Paskah

145

Yohanes 10:11-18

“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.”

***

Manusia punya kecenderungan untuk pilih-pilih. Ada yang mau berteman hanya dengan orang yang satu agama atau satu suku dengannya; ada pula yang mau berteman hanya dengan orang yang dirasa bisa memberi keuntungan baginya. Persahabatan seperti itu adalah persahabatan yang rapuh dan penuh dengan pamrih. Ketika ada sesuatu yang tidak berkenan, persahabatan seketika akan hancur.

Perihal relasi dengan orang lain, Yesus mengajak kita untuk melangkah lebih jauh. Ia berkata, “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.” Dengan berkata demikian, Yesus menegaskan bahwa Ia ingin merengkuh semua orang untuk hidup dalam kasih-Nya. Ia ingin mengajak semua orang untuk masuk dalam kebaikan hidup ilahi yang ditunjukkan oleh-Nya.

Kita tidak usah berpura-pura menyukai dan ingin bersahabat dengan semua orang. Tidak tepat kalau kita memaksa diri sendiri untuk menyukai orang lain yang tidak cocok dengan kita atau yang pernah menyakiti hati kita. Emosi, rasa tidak suka dan tidak cocok dengan orang lain kiranya wajar-wajar saja. Kita perlu jujur dengan apa yang ada dalam hati kita, tetapi pada saat yang sama perlu memohon rahmat agar bisa hidup dalam kedamaian, alih-alih dalam kepahitan dan kebencian.

Yesus adalah gembala untuk semua, bahkan untuk mereka yang pernah melakukan kesalahan atau kejahatan luar biasa. Yesus mau memberi kita kesempatan, kesempatan yang tiada putus-putusnya. Setiap orang dipanggil untuk mengusahakan yang baik dalam hidup mereka. Kegagalan bukan alasan bagi Yesus untuk berhenti memberikan kesempatan. Dengan kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus seolah-olah berseru kepada kita, “Ayo, teruslah mencoba! Teruslah berusaha! Aku percaya padamu!”

Saudara-saudari terkasih, kita sudah diberi kesempatan secara terus-menerus oleh Yesus. Apakah kita menggunakan kesempatan yang diberikan dengan murah hati itu secara sungguh-sungguh? Apakah kita juga memberi kesempatan kepada orang lain untuk melakukan pertobatan? Apakah kita berani mengambil risiko untuk memberi kesempatan kepada orang lain?