Meneladani Orang Kecil

Sabtu, 6 Juni 2020 – Hari Biasa Pekan IX

293

Markus 12:38-44

Dalam pengajaran-Nya Yesus berkata: “Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.”

Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”

***

Sebelumnya, di Mrk. 12:30-31, Yesus menyatakan dua perintah yang utama, yakni: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan … kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kritikan Yesus kepada ahli Taurat dan pujian-Nya kepada si janda dalam bacaan Injil hari ini didasarkan pada pernyataan tersebut.

Para ahli Taurat adalah pakar-pakar agama yang memahami hukum-hukum Musa dengan baik dan siap sedia melaksanakannya dengan taat. Mereka lebih tahu tentang Allah daripada kebanyakan orang. Namun, apakah itu berarti mereka mengasihi Allah? Apakah mereka juga mengasihi sesama? Kalau menyimak tingkah laku mereka yang menganggap diri lebih penting dan lebih suci dibandingkan orang lain, mereka juga menuntut penghormatan dan mulai menyalahgunakan jabatan untuk keuntungan sendiri, rasanya jawaban untuk kedua pertanyaan itu adalah tidak.

Para murid diharapkan tidak mengikuti contoh buruk ahli-ahli Taurat tersebut. Yang justru harus mereka teladani adalah tindakan seorang yang diremehkan, yakni janda miskin itu. Kerelaan si janda mempersembahkan seluruh nafkahnya sejalan dengan tindakan Yesus yang rela menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa. Demikianlah, para murid dipanggil untuk secara total menyerahkan diri mereka kepada Bapa. Mereka diminta untuk percaya dan mengandalkan Dia sepenuhnya.