Jalan Keberanian

Kamis, 22 Oktober 2020 – Hari Biasa Pekan XXIX

187

Lukas 12:49-53

“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.”

***

Seorang gadis memantapkan hati untuk mengikuti Yesus Kristus. Karena berasal dari latar belakang non-Kristen, gadis ini mendapat tentangan dari kedua orang tua dan keluarga. Ia bahkan diusir dari rumah karena tidak mau meninggalkan apa yang diyakininya.

Di tempat lain, seorang pastor paroki mengajak umat untuk berhenti menggunakan gelas plastik sebagai bentuk cinta dan kepedulian terhadap lingkungan. Ajakan ini ditentang sejumlah umat. Banyak yang marah kepada pastor tersebut karena dianggap mempersulit.

Kedua kisah nyata tersebut menunjukkan bahwa memperjuangkan yang benar seturut nilai-nilai Injil membawa konsekuensi yang tidak mudah. Pesan kebenaran Injil ternyata tidak mudah untuk diterima. Banyak orang terganggu olehnya, apalagi mereka yang sudah mapan dan sejahtera.

Meskipun demikian, yang benar harus terus diperjuangkan. Kita tidak bisa diam saja dan ikut arus. Kalau semua orang di sekitar kita korupsi, apakah kita harus ikut korupsi? Kalau semua orang di sekitar kita tidak tertib, apakah kita harus ikut tidak tertib? Seharusnya jawabannya adalah tidak. Sayang, banyak dari kita justru lalu melakukan hal yang sama. Ini karena kita takut, tidak punya keberanian untuk memilih jalan Tuhan. Kita tidak punya keberanian untuk memilih yang benar. Kita tidak berani berkonflik. Kita cari aman. Kita cari damai, tetapi sayang, damai seperti itu adalah damai yang palsu.

Memperjuangkan kebenaran memang hendaknya dilakukan dengan cara yang santun, tidak dengan agresif dan menyerang orang lain. Ketidakenakan dan kesulitan pasti akan kita hadapi kalau kita memilih yang benar. Ingat, justru karena memilih yang benar, Yesus mati. Namun, yang benar membawa keselamatan bagi manusia. Yesus memilih itu, meskipun untuk sementara raga-Nya dihancurkan oleh kekuatan jahat.

Mari kita mohon rahmat Tuhan agar kita sungguh bisa memilih dan memperjuangkan yang benar. Mari kita mohon rahmat Tuhan agar kita menjadi pemberani dalam membela kebenaran, bukan menjadi penakut yang lari dari kebenaran.