Kehadiran Kerajaan Allah

Kamis, 12 November 2020 – Peringatan Wajib Santo Yosafat

1802

Lukas 17:20-25

Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kata-Nya: “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.”

Dan Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Akan datang waktunya kamu ingin melihat satu dari hari-hari Anak Manusia itu dan kamu tidak akan melihatnya. Dan orang akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke situ, jangan kamu ikut. Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya. Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.”

***

Banyak orang gemar menafsirkan kemahakuasaan Tuhan dalam peristiwa-peristiwa alam, seperti gempa bumi dan tsunami. Bencana besar itu ditafsirkan sebagai tindakan atau perbuatan Tuhan, atau bahkan tanda bahwa Ia akan segera hadir. Hal itu jugalah yang ditanyakan orang-orang Farisi kepada Yesus hari ini. Mereka bertanya kapan Kerajaan Allah akan datang.

Namun, jawaban Yesus sungguh di luar dugaan. Yesus berkata, “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah … Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.” Jawaban tersebut membuat mereka terkejut. Mengapa? Karena mereka masih menggunakan cara pikir manusiawi dalam mencerna dan menemukan kehendak Tuhan. Belum ada pengertian dalam diri mereka tentang maksud Kerajaan Allah yang diajarkan oleh Yesus.

Kerajaan Allah adalah suasana yang berisikan kedamaian, ketenteraman, kebahagiaan, dan kasih tanpa batas. Artinya, Kerajaan Allah bukan pola pemerintahan sebagaimana dimengerti dalam definisi tentang kerajaan pada umumnya. Kerajaan Allah adalah kesadaran pribadi tentang hadirnya Allah yang berkarya dalam hidup. Karena itu, setiap orang dapat menemukan Kerajaan Allah, tergantung pada kualitas iman masing-masing. Orang yang rajin beribadah, tetapi hatinya tidak merasa damai, ia belum menemukan Kerajaan Allah. Orang yang rutin berdevosi, tetapi rajin pula menyakiti orang lain, itu juga belum menemukan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah mengajak orang untuk menciptakan hidup yang damai dan yang berasaskan pada kasih.

Ketika kecil dulu, saya ingat betapa nyamannya jika keluarga saya kebagian jatah untuk menjadi tuan rumah menyambut kunjungan romo paroki. Ketika romo berkunjung ke rumah untuk makan malam, saya merasa begitu senang dan damai. Romo tersebut bisa bergaul, sehingga saya merasa punya teman yang bijaksana. Pembawaan yang hangat darinya memberikan kebahagiaan bagi saya, keluarga, serta umat yang turut hadir. Sosok romo tersebut menjadi wujud Kerajaan Allah.

Kerajaan Allah bukan hanya berorientasi pada diri sendiri, melainkan juga berciri sosial. Mengapa? Sebab, dengan mengusahakan hadirnya Kerajaan Allah, tentu dibangun juga kehendak untuk berbagi. Tidak ada orang baik yang menyimpan kebaikan untuk dirinya sendiri. Orang baik selalu berusaha melakukan kebaikan setiap ada kesempatan. Yesus adalah salah satu contohnya. Dengan kehadiran Yesus di dunia, banyak orang menerima berkat, banyak orang dipulihkan, sampai akhirnya semua orang diselamatkan melalui wafat dan kebangkitan-Nya. Karena itu, Yesus adalah tanda hadirnya Kerajaan Allah. Dia sudah hadir di tengah-tengah kita asalkan kita sungguh membuka hati dengan iman. Iman memampukan kita untuk memahami suasana damai, bahagia, dan tenteram, yang mana semua itu bersumber dari Tuhan.