Kristus Sang Penyelamat

Selasa, 23 Maret 2021 – Hari Biasa Pekan V Prapaskah

118

Bilangan 21:4-9

Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.” Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari kami.” Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.

***

Bacaan pertama hari ini berkisah tentang bangsa Israel yang mengembara di padang gurun setelah mereka keluar dari perbudakan di Mesir. Suatu saat, mereka berkeluh kesah karena tidak ada roti, tidak ada pula air, berbeda halnya ketika mereka tinggal di mesir. Di padang gurun, mereka memang mempunyai mana yang setiap hari disantap, tetapi menurut mereka tidak enak karena rasanya hambar. Tidak tahan dengan kondisi tersebut, mereka lantas melawan Allah dan Musa. Mereka tidak percaya lagi pada tuntunan Tuhan.

Orang-orang Israel lantas dihukum Tuhan. Mendadak mereka diserbu oleh ular-ular tedung yang memagut mereka. Banyak orang mati, jumlahnya sampai tak terbilang banyaknya. Menyesali perbuatannya, orang-orang itu meminta pertolongan Musa. Tuhan lalu berfirman kepada Musa agar membuat patung ular dari tembaga dan digantungkan di sebuah tiang. Setiap orang yang dipagut ular dan memandang ular tembaga tersebut, ia akan tetap hidup.

Sampai sekarang lambang ular yang melilit tiang menjadi salah simbol di dunia kesehatan. Lambang ini juga akrab dalam hidup kita, orang Katolik, sebab Yesus juga ditinggikan di kayu salib. Yesus menjadi penyelamat bagi setiap orang yang memandang salib-Nya.

Bila pada zaman Musa, orang Israel selamat dengan memandang ular tembaga yang digantung di tiang, kita orang Katolik juga diselamatkan dengan cara yang sama. Khusus pada hari Jumat Agung, kita akan menjalankan upacara penghormatan salib Tuhan. Kita diajak untuk menghormati Kristus yang tergantung di salib, agar kita menjadi orang-orang yang diselamatkan. Kristus menyelamatkan kita dari dosa-dosa pemberontakan karena ketidakpercayaan kita pada tuntunan Tuhan.