Mampu dan Mau Mengampuni

Minggu, 11 April 2021 – Hari Minggu Paskah II

107

Yohanes 20:19-31

Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”

Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”

Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.

***

“Saya mau mengampuni, tetapi belum mampu melakukannya karena masih sakit hati.” Kita mungkin sering mendengar pernyataan itu atau bahkan mungkin pernah mengucapkannya. Dari pernyataan tersebut, kita tahu bahwa mengampuni membutuhkan kemampuan dan kemauan.

Bacaan Injil hari ini bercerita tentang Yesus yang menampakkan diri di tengah para murid yang sedang ketakutan. Mereka takut kepada orang Yahudi yang telah menyalibkan Yesus. Para murid khawatir kalau-kalau kebencian orang Yahudi dilampiaskan kepada mereka juga. Pada saat itulah Yesus hadir dan berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” Kemudian Yesus mengutus mereka dengan berkata, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”

Di tengah kemarahan orang Yahudi, Yesus bukannya memberi kekuatan kepada murid-murid-Nya untuk membalas dendam, melainkan memampukan mereka untuk membawa damai dan mengampuni dosa. Inilah kerahiman ilahi itu, sebab Tuhan ternyata adalah Allah yang maha pengasih dan maha pengampun. Ia mengasihi dan mengampuni, sekaligus memampukan manusia untuk mengasihi dan mengampuni sesama.

Kuasa khusus untuk mengampuni dosa yang diberikan Yesus kepada para rasul terwujud dalam sakramen pengampunan dosa. Atas nama Allah, Gereja melalui para imam memiliki kuasa untuk mengampuni dosa. Kerahiman ilahi memang sangat berkaitan erat dengan sakramen pengampunan dosa. Yesus, melalui St. Faustina, menyatakan bahwa siapa saja yang menerima komuni dan melakukan pengakuan dosa pada Pesta Kerahiman Ilahi akan memperoleh pengampunan dosa dan keringanan hukuman atas dosa-dosanya. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang menerima komuni dan melakukan pengakuan dosa pada hari-hari dalam minggu sebelum Pesta Kerahiman Ilahi.

Kerahiman ilahi yang diberikan kepada kita melalui sakramen pengampunan dosa juga diharapkan mengubah kita agar menjadi orang yang berkerahiman, artinya menjadi orang yang selalu mau dan mampu mengampuni. Dengan demikian, kita semua sesungguhnya memiliki kemampuan mengampuni. Namun demikan, masalahnya, apakah kita mau mengampuni? Ingat, Yesus mengajarkan kepada kita, “Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.”