Menjadi Sahabat Yesus

Minggu, 9 Mei 2021 – Hari Minggu Paskah VI

122

Yohanes 15:9-17

“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”

***

Yesus memberi perintah kepada para murid-Nya untuk saling mengasihi. “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” Para murid diperintahkan untuk mengasihi sesama seperti Yesus telah mengasihi mereka. Jadi, yang menjadi dasar perintah untuk saling mengasihi adalah kasih Yesus kepada mereka.

Bagaimana Yesus mengasihi murid-murid-Nya? Dia sendiri telah menunjukkan kasih yang terbesar, dan kasih-Nya ini menjadi ukuran bagi para murid untuk mengasihi sesama. “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Kasih Yesus kepada mereka tidak hanya diungkapkan dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan yang nyata. Kata-kata-Nya ini benar-benar Ia wujudkan, yakni dengan kematian-Nya di kayu salib. Yesus menyerahkan diri di kayu salib, dan mempersembahkan diri sebagai kurban untuk menghapus dosa-dosa manusia supaya mereka menerima kehidupan yang kekal. Di kayu salib, Yesus mati untuk para murid-Nya, yang tidak dipandang-Nya sebagai hamba, tetapi sahabat.

Kalau para murid melakukan kasih yang diperintahkan Yesus, mereka menjadi sahabat-Nya. Sahabat tidak sama dengan hamba. Hamba tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tuannya, dan sang tuan tidak akan memberitahukan hal-hal penting kepadanya. Kepada orang-orang yang telah menjadi sahabat-Nya, Yesus akan menyampaikan segala yang telah didengar-Nya dari Bapa. Para sahabat Yesus mengetahui apa yang sebenarnya telah Ia lakukan bagi sahabat-sahabat-Nya.

Perintah yang disampaikan Yesus itu juga berlaku untuk para pengikut-Nya sepanjang zaman. Perintah ini memberikan identitas kepada kita, dan menuntun kita bagaimana harus menjalani hidup dengan sesama manusia. Kasih Yesus kepada kita itulah yang harus menjadi dasar bagi kita untuk mengasihi sesama. Kita mengasihi orang lain bukan supaya orang itu mengasihi kita. Kita mengasihi orang lain karena Yesus sudah lebih dahulu mengasihi kita; Ia rela mati untuk keselamatan kita. Kasih Yesus kepada kita jauh lebih besar daripada kasih yang dapat kita berikan kepada sesama, seberapa pun besarnya.