Bijaksana

Selasa, 22 Juni 2021 – Hari Biasa Pekan XII

90

Matius 7:6, 12-14

“Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.”

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”

***

Yesus mengajarkan tentang kebijaksanaan bersikap dengan menggunakan ungkapan Semitik. Pada masa Yesus, seturut budaya Yahudi, anjing disingkirkan karena dipandang sebagai binatang yang buas dan liar. Sebaliknya, barang kudus, seperti daging untuk persembahan (bdk. Im. 22:14; Kel. 29:33), dimaksudkan sebagai bahan persembahan. Sungguh tidak bijak memberi makan anjing dengan daging persembahan. Babi juga dipandang sebagai binatang najis, bahkan dijadikan lambang kenajisan, sedangkan mutiara adalah barang yang berharga, yang seharusnya ditaruh pada tempat yang pantas pula. Sungguh juga tidak bijak apabila memberikan mutiara kepada babi. Jelas bahwa Yesus menghendaki agar kita memperlakukan sesuatu secara layak, sesuai dengan maksud dan tujuannya.

Sikap bijaksana diperdalam maknanya ketika Yesus memberikan golden rule, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” Yesus bermaksud bahwa kita mesti memperlakukan orang lain sebagai sesama manusia. Kita perlu menghormati dan menghargai orang lain selayaknya diri kita sendiri. Karena saya dan Anda, kami dan mereka, kita adalah sama-sama manusia. Kita adalah sesama saudara, maka kita mesti bertindak sebagai saudara.

Sikap bijaksana juga menyangkut kemampuan untuk memilah dan memilih. Yesus meminta kita untuk jeli membedakan kehidupan dan kebinasaan. Kehidupan memiliki pintu dan jalan yang sesak, sebab dipenuhi dengan berbagai kesulitan dan penderitaan. Oleh karena itu, sedikit orang yang melaluinya. Sementara itu, kebinasaan memiliki pintu dan jalan yang lebar, sebab dipenuhi hal-hal yang menyenangkan dan banyak orang memilihnya.

Orang bijak berfokus pada tujuan yang menyelamatkan. Ia juga memilih jalan yang mengembangkan dirinya dan memurnikan imannya. Oleh karena itu, orang bijak tidak terjebak pada kemasan, tetapi mencari isi. Ia tidak tunduk pada suara mayoritas, tetapi terus mencari suara kebenaran. Ia juga tidak memuaskan keinginannya, tetapi fokus pada kualitas diri. Mari kita belajar untuk menjadi orang bijak.