Yesus Adalah Hidupku

Selasa, 22 Februari 2022 – Pesta Takhta Santo Petrus

122

Matius 16:13-19

Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.”

***

Di suatu sekolah pernah diadakan perlombaan menggambar Yesus secara bebas, di mana peserta diminta juga menjelaskan gambar yang dibuatnya. Hasilnya, ada berbagai macam gambaran tentang Yesus sesuai dengan yang dipikirkan oleh para peserta. Yang menggambar Yesus di kayu salib menjelaskan bahwa menurutnya Yesus adalah sosok yang rela disalibkan demi menebus dosa-dosa manusia. Yang menggambar Yesus sedang memangku domba mengatakan bahwa menurutnya Yesus adalah penggembala umat manusia, yang selalu menuntun dan menjaga, sehingga semua dapat hidup dengan aman dan tenteram. Dari situ tampak bahwa masing-masing mempunyai gambaran pribadi tentang Yesus sesuai dengan penghayatan dan pengalaman hidupnya.

Jika kita mengikuti perlombaan yang sama, kira-kira Yesus yang bagaimana yang akan kita gambarkan? Mungkin kita masing-masing perlu juga mengajukan pertanyaan seperti yang ditanyakan Yesus kepada para murid hari ini, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Jawaban yang kita berikan tentu saja didasarkan pada relasi kita dengan-Nya. Sama seperti jika kita memiliki seorang sahabat akrab, lalu orang lain menanyakan siapa sahabat itu menurut kita, pasti kita akan menggambarkannya sesuai dengan pengalaman kedekatan kita dengannya, bukan berdasarkan apa kata orang tentang dirinya. Kalau kita sudah mengalami sendiri, kita tidak akan terpengaruh dengan gambaran dirinya menurut perkataan orang lain.

Itulah yang terjadi pada Petrus, sehingga tentang Yesus, dengan tegas ia menyatakan kebenaran, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Pengakuan iman ini menjadi dasar Gereja yang dibangun oleh Kristus sendiri, sehingga berdiri kokoh hingga sekarang dan untuk selamanya. Kita percaya bahwa Gereja akan berdiri tegak sampai kapan pun, sebab Yesus adalah Mesias, Anak Allah.

Kita yang mengimani-Nya adalah bagian dari Gereja itu. Iman ini harus kita hidupi dengan mengikutsertakan Yesus dalam seluruh aspek hidup kita. Dia harus menjadi bagaikan napas hidup kita, yang tanpa-Nya kita tidak akan bertahan. Dengan demikian, hendaknya kita tidak pernah ragu untuk berkata, “Yesus adalah hidupku!”