Doa dan Puasa

Minggu, 6 Maret 2022 – Hari Minggu Prapaskah I

107

Lukas 4:1-13

Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar. Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti.” Jawab Yesus kepadanya: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja.”

Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. Kata Iblis kepada-Nya: “Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”

Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Yesus menjawabnya, kata-Nya: “Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”

Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari-Nya dan menunggu waktu yang baik.

***

Minggu ini, kita memasuki Minggu Prapaskah yang pertama. Dalam bacaan Injil, Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun. Di sana, Ia berdoa dan berpuasa selama empat puluh hari. Di tempat yang sama, Yesus digoda oleh Iblis dengan tiga macam godaan, yaitu mengubah batu menjadi roti, menyembah Iblis dengan imbalan kuasa, dan menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah. Ketiga godaan itu bisa diartikan menawarkan kenikmatan, kekuasaan, dan keagungan duniawi.

Godaan yang ditawarkan Iblis tersebut sangat menarik, apalagi Yesus tengah menjalani pantang dan puasa. Namun, Yesus menolak itu semua dan menegur Iblis dengan keras. Iblis kemudian mengundurkan diri dari hadapan-Nya untuk menunggu waktu dan tempat yang baik. Waktu dan tempat itu bisa kapan saja dan di mana saja. Namun, Yesus tidak gentar dan justru semakin yakin akan tugas pengutusan-Nya, yaitu membawa keselamatan bagi umat manusia.

Berdoa dan berpuasa dan bukanlah soal tempat, melainkan tentang apa niat seseorang dalam melakukannya. Ketika kita berdoa dan berpuasa, hendaknya hal itu kita lakukan di mana pun dan kapan pun dengan bimbingan Roh Kudus dalam rangka memperbarui diri kita. Doa dan puasa merupakan kesempatan bagi kita untuk memasuki padang gurun rohani. Situasi yang kita hadapi akan terasa kering dan tidak nyaman, tetapi justru dalam kekeringan inilah akan muncul kerinduan akan sumber air yang memuaskan dahaga di tengah kehausan.

Di padang gurun rohani ini, akan ada banyak godaan yang mendatangi kita untuk lari dari ketekunan dalam berdoa dan berpuasa. Godaan-godaan itu semuanya menarik dan bersifat instan, sebagaimana Iblis menawarkan kepada Yesus bahwa diri-Nya akan memperoleh kenikmatan, kekuasaan, dan keagungan duniawi dalam sekejap. Namun, sebagaimana Yesus pula, kita tidak boleh goyah karenanya. Apabila kita senantiasa bertekun, yang menggambarkan kerinduan kita akan Tuhan, kita akan mampu melaksanakan kehendak-Nya.

Doa dan puasa kita laksanakan di tengah kesibukan sehari-hari, sehingga bisa jadi penuh dengan gangguan. Namun, justru di situlah tantangannya, sebab dengan itu kita diajak untuk menemukan keheningan di tengah keramaian. Apabila kita sungguh mau bertekun dalam doa dan puasa seperti pribadi yang merindukan kehadiran Allah, sudah pasti Allah tidak akan membiarkan kita berjuang sendirian. Ia akan mengutus para malaikat-Nya untuk mendampingi perjuangan dan perjalanan kita.

Saudara-saudari terkasih, semoga Masa Prapaskah ini menjadi saat bagi kita menemukan sumber air kehidupan, yakni Tuhan sendiri. Di tengah godaan dan tantangan yang kita alami, semoga kita dapat bersikap seperti Yesus, yaitu mengutamakan kehendak Allah di atas segala sesuatu. Semoga dengan itu, kehendak Allah dapat terlaksana dalam hidup kita secara nyata.