Hidup bagi Mereka yang Paling Hina

Senin, 7 Maret 2022 – Hari Biasa Pekan I Prapaskah

114

Matius 25:31-46

“Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.”

***

Penghakiman merupakan saat di mana kebenaran dibuktikan berdasarkan fakta-fakta yang tersedia. Tingkah laku seseorang dalam hidupnya akan ditelusuri, dan dari situlah sang hakim akan mengambil dan menjatuhkan keputusan. Hidup kita kelak ternyata juga akan berujung pada penghakiman, yakni penghakiman terakhir yang akan dipimpin oleh sang Anak Manusia. Dialah Yesus, yang akan menyelidiki perbuatan-perbuatan kita selama kita hidup di dunia ini. Hal yang diselidiki adalah bagaimana sikap kita terhadap orang-orang yang paling hina.

Yesus mempersatukan diri-Nya dengan orang-orang yang paling hina. Ia hadir dalam diri mereka. Apabila kita mengarahkan hidup bagi orang-orang itu, kita melakukannya juga bagi Yesus, demikian pula sebaliknya. Siapakah orang-orang yang paling hina itu? Mereka adalah orang-orang yang lapar, haus, telanjang, sakit, berada dalam penjara, dan orang-orang asing.

Namun, bisa jadi kita sendiri masuk dalam kelompok orang yang paling hina oleh karena keegoisan dan dosa-dosa kita. Dalam situasi ini, kita perlu menyadari belas kasihan Allah, sebab Ia justru dekat dengan pribadi yang hina. Kedekatan ini hendaknya menumbuhkan semangat pertobatan. Sebagai pribadi yang hina yang merasakan belas kasihan Allah, kita mesti mewartakan cinta kasih-Nya di mana-mana. Dengan itu, kita bersaksi bahwa Allah mencintai dengan sempurna.

Dalam Masa Prapaskah ini, kita diajak untuk mewartakan belas kasihan Allah kepada orang lain agar mereka pun merasakan hal yang sama. Kita diajak untuk menyapa saudara-saudari kita yang menderita, yang terluka, yang sakit, dan yang terabaikan. Inilah tindakan cinta yang menunjukkan bahwa kita hidup untuk mereka yang paling hina. Cinta yang berasal dari belas kasihan Allah memampukan kita untuk juga berbelaskasihan kepada saudara-saudari kita yang paling hina. Semoga dengan itu, kelak kita dapat memberi pertanggungjawaban hidup kita di hadapan penghakiman-Nya.