Hanya Bisa Bicara?

Selasa, 15 Maret 2022 – Hari Biasa Pekan II Prapaskah

89

Matius 23:1-12

Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di surga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

***

Yesus melancarkan kecaman terhadap para pemuka umat dalam kedudukan mereka sebagai pengajar. Pada saat yang sama, Yesus memberikan peringatan kepada orang banyak dan para murid-Nya tentang bagaimana seharusnya mengambil sikap terhadap ajaran yang disampaikan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi.

Para ahli Taurat dan orang Farisi adalah orang-orang yang menduduki kursi Musa. Mereka adalah orang-orang yang memegang kuasa untuk mengajarkan hukum Taurat. Karena itu, Yesus mengingatkan agar para murid-Nya menuruti dan melakukan ajaran yang mereka sampaikan. Sebagai orang-orang yang “menduduki kursi Musa”, mereka memang mengajarkan kebenaran. Namun, hanya ajaran mereka saja yang harus dituruti; tindakan dan perbuatan mereka jangan diikuti. Dalam pandangan Yesus, para ahli Taurat dan orang Farisi memang mengajarkan kebenaran, tetapi tidak melakukan kebenaran yang mereka ajarkan itu.

Mengapa Yesus harus mengingatkan para murid dengan kalimat yang terdengar keras itu? Para ahli Taurat dan orang Farisi tidak melakukan kebenaran yang mereka ajarkan. Mereka menunjukkan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh anggota umat Allah, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Bagi orang pada umumnya, peraturan dan kewajiban yang diajarkan oleh para pemimpin agama Yahudi itu terasa sebagai beban berat. Ibaratnya, “mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya”. Selain itu, para ahli Taurat dan orang Farisi melakukan semua pekerjaan hanya supaya dilihat orang dan untuk mendapatkan penghormatan.

Apa yang disampaikan Yesus ini mengingatkan kita akan dua hal berikut. Pertama, kata-kata baik yang kita ucapkan akan kehilangan makna dan kekuatan kalau kita sendiri tidak melakukannya. Karena itu, kita selalu perlu menyelaraskan perbuatan dan tutur kata kita. Kedua, kita perlu memiliki sikap kritis untuk menentukan mana yang baik dan mana yang tidak. Sikap kritis ini akan menolong kita agar tidak terpesona oleh hal-hal yang tampaknya saja baik, padahal tidak. Hal yang tidak baik bisa saja tersembunyi di balik gejala-gejala yang tampaknya mengagumkan.