Tinggallah di Dalam Kasih-Ku

Kamis, 19 Mei 2022 – Hari Biasa Pekan V Paskah

203

Yohanes 15:9-11

“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.”

***

Dalam bacaan Injil kemarin, menjelang kepergian-Nya, Yesus dikisahkan memberi wejangan kepada para murid agar mereka senantiasa tinggal di dalam Dia, seperti ranting-ranting yang tumbuh di sekitar pokok anggur. Tanpa pokok anggur, ranting-ranting itu tentu akan mati. Wejangan tersebut hari ini dilanjutkan kembali.

Kasih Bapa kepada Yesus sangat besar, dan sebesar itu pulalah kasih Yesus kepada murid-murid-Nya. Dalam tindakan-tindakan-Nya saat mewartakan Injil bersama para murid, Yesus mewujudkan kasih itu secara nyata. Puncaknya adalah ketika Ia rela menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib demi kelangsungan hidup mereka dan seluruh umat manusia. Karena itu, meskipun nanti Yesus pergi, para murid diminta-Nya untuk tetap tinggal dalam kasih-Nya. Caranya? Hanya mengatakan “aku mengasihi Yesus” ternyata tidak cukup.

Untuk tinggal dalam kasih Yesus, para murid harus melakukan sesuatu yang nyata, yakni menuruti perintah-Nya. Dengan kata lain, murid-murid diminta untuk bersikap taat. Kasih dan ketaatan memang berhubungan erat. Kalau kita sungguh mengasihi orang, tentunya kita akan mendengarkan, menaati, dan melaksanakan apa saja yang dikehendakinya. Itu baru disebut kasih yang nyata. Contoh paling jelas adalah kasih Yesus kepada Bapa, yang dikonkretkan-Nya dalam bentuk ketaatan sampai akhir. Sekarang giliran para murid membuktikan kasih-Nya kepada Yesus dengan bersikap taat menuruti perintah-Nya.

Kalau ditanya apakah kita mengasihi Yesus, kita pasti akan menjawab “ya” dengan lantang. Namun, kalau ditanya apakah kita sudah hidup sesuai dengan yang diajarkan oleh Yesus, bisa jadi kita menjadi ragu untuk menjawabnya. Penyebabnya, meskipun kita menyebut diri sebagai murid-murid Yesus, sering kali tingkah laku kita begitu jauh dari-Nya. Yesus penuh kasih, kita sering tidak mengasihi; Yesus rela berkorban, kita sering bersikap egois; Yesus mau taat, kita sering memberontak.

Jika itu yang terjadi, mari kita segera berubah. Jadikan hidup Yesus sebagai teladan hidup kita. Di dalam kasih-Nya, kita akan tinggal di dalam kasih Bapa dan menjadi pribadi yang lebih baik.