Murid yang Tangguh

Kamis, 30 Juni 2022 – Hari Biasa Pekan XIII

87

Matius 9:1-8

Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: “Ia menghujat Allah.” Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” — lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –: “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun lalu pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.

***

Viktor Frankl, seorang psikolog keturunan Yahudi, pernah berkata, “Tidak perlu malu karena air mata, sebab air mata memberi kesaksian bahwa seseorang memiliki keberanian terbesar, keberanian untuk menderita.” Selama dalam kamp konsentrasi Nazi, dia mampu menemukan makna dari penderitaan yang dialaminya, sehingga bisa bertahan hidup. Tantangan atau derita yang diberi makna sangat perlu untuk mendewasakan manusia. Kesulitan hidup memampukan manusia belajar dan menjadi makin kuat. Orang beriman juga menjadi teguh imannya karena derita atau tantangan yang dialami dan dimaknai olehnya.

Nabi Amos dalam bacaan pertama mengalami penolakan dari Imam Amazia karena nubuatnya tentang kehancuran Kerajaan Israel (Am. 7:10-17). Cara hidup raja dan rakyat Israel menyimpang dari hukum Tuhan, dan Amos diutus untuk menyampaikan firman Tuhan kepada umat-Nya. Amos dipanggil Tuhan untuk suatu maksud besar, yakni mempertobatkan orang Israel dari perilaku mereka yang menyimpang dari jalan Tuhan. Namun, dia tidak disukai oleh para pemimpin agama yang bersekongkol dengan raja.

Yesus dalam bacaan Injil juga tidak diterima oleh ahli-ahli Taurat. Tindakan kasih Yesus menyembuhkan orang lumpuh dipertanyakan oleh mereka yang takut kehilangan simpati rakyat. Seseorang yang tidak menyukai orang lain akan selalu berusaha menemukan kesalahan untuk menjatuhkan atau menyingkirkan orang itu, yang dianggap menjadi ancaman bagi kenyamanan dirinya. Tantangan selalu menjadi bagian dalam pewartaan kebenaran.

Penolakan, tantangan, ancaman, dan penderitaan tidak jauh dari kehidupan para pengikut Yesus. Yesus telah membuktikannya sendiri, tetapi Ia mengajarkan kepada kita bahwa tantangan tidak boleh melemahkan iman kita akan kebenaran firman. Derita dalam pewartaan tidak boleh menghambat kita melakukan kebaikan, membela kebenaran, dan mengusahakan keadilan. Keteguhan iman menjadi syarat mutlak bagi seorang pengikut Kristus. Keberhasilan mengatasi tantangan akan semakin mendewasakan iman dan diri kita, serta menggandakan kekuatan diri kita. Hidup beriman menjadi indah karena tantangan dan kesulitan yang berhasil diatasi dan dimaknai. Tuhan menguatkan dan berjalan bersama kita selalu.