Melihat secara Positif

Jumat, 1 Juli 2022 – Hari Biasa Pekan XIII

87

Matius 9:9-13

Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

***

Seorang guru menulis di papan tulis perkalian angka 8 dengan angka 1-10. Dia sengaja memberi jawaban yang salah pada salah satu soal, sementara yang lain benar. Para murid segera mengajukan protes atas kesalahan itu. Sang guru lalu mengajarkan kepada mereka bahwa manusia cenderung lebih mudah melihat kesalahan atau dosa orang lain daripada kebaikan orang itu. Para murid tidak melihat sembilan soal yang jawabannya benar, tetapi langsung mempersalahkan sang guru karena satu soal yang jawabannya salah. Demikianlah manusia lebih mudah melihat dan menghakimi kesalahan orang lain daripada menemukan dan mendukung perkembangan potensi dirinya.

Yesus memanggil Matius, seorang pemungut cukai, untuk mengikuti Dia. Ia kemudian bahkan makan di rumah Matius. Bagi orang Yahudi, pemungut cukai adalah orang berdosa, antek kaisar Romawi, sehingga tidak pantas di hadapan Allah. Mereka dianggap pengkhianat bangsa. Namun, Yesus bergaul dengan para pemungut cukai untuk memperkenalkan Bapa yang penuh kasih terhadap umat-Nya, terutama mereka yang berdosa. Yesus memanggil mereka kepada keselamatan. Bagi Yesus, pemungut cukai dan orang berdosa harus didekati dan dituntun kepada keselamatan. Demikianlah orang yang beragama seharusnya membawa saudara-saudarinya yang berdosa ke jalan yang benar dan tidak membiarkan mereka tidak selamat.

Tindakan Yesus dikritik dan tidak disetujui oleh orang Farisi. Menanggapi itu, Yesus bergeming. Ia menunjukkan kepada mereka bahwa Allah lebih menghendaki belas kasihan yang nyata daripada praktik ibadah yang khusyuk belaka. Mengembangkan kesucian tanpa meningkatkan belas kasihan kepada sesama tidak berkenan bagi Tuhan. Yesus melihat sisi positif manusia. Dengan bergaul dan menunjukkan kasih kepada mereka, pertobatan menjadi mungkin.

Yesus juga memanggil kita untuk tidak mudah menghakimi orang. Kita dipanggil-Nya untuk menyelamatkan sesama. Sebagai orang beriman, kemampuan melihat diri sesama secara positif adalah keharusan. Orang yang tampaknya menjauh dari Gereja hendaknya disapa, didekati, didengarkan, dan dituntun untuk kembali, alih-alih dijadikan bahan gosip. Pandangan negatif terhadap mereka akan semakin menjauhkan mereka dari Gereja. Bukan orang sehat yang membutuhkan tabib, melainkan orang sakit. Menyelamatkan jiwa-jiwa adalah kewajiban utama para murid Tuhan.