Hati Misionaris

Selasa, 5 Juli 2022 – Hari Biasa Pekan XIV

112

Matius 9:32-38

Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: “Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.” Tetapi orang Farisi berkata: “Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan.”

Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Surga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan telantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”

***

Bacaan Injil hari ini dimulai dengan kisah orang bisu yang dibawa kepada Yesus. Orang itu bisu karena dirasuki setan. Yesus mendekatinya dan mengusir setan itu darinya. Seketika orang itu pulih. Orang banyak yang menyaksikan penyembuhan ini terpesona dan takjub. Mereka saling memandang dan berkata, “Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.”

Berbeda dengan orang banyak, orang-orang Farisi membuat komentar yang menghina dan meremehkan. Mereka menuduh Yesus menggunakan kuasa penghulu setan untuk menyembuhkan orang bisu itu. Reaksi orang-orang Farisi ini menggambarkan hati sebagian manusia, yakni hati yang diliputi oleh rasa iri, dengki, dan dendam. Hati seperti inilah yang mendorong orang untuk berbuat jahat terhadap orang lain. Hati demikian juga yang mendorong orang untuk menyebarkan kebohongan.

Kritik dan ketidakpercayaan orang-orang Farisi tidak menghalangi Yesus untuk meneruskan misi-Nya. Yesus berkeliling ke berbagai tempat, berkhotbah di rumah-rumah ibadat, memberitakan kabar sukacita Kerajaan Allah, dan menyembuhkan setiap penyakit. Yesus memiliki hati yang lembut dan penuh kasih. Dia peka terhadap setiap orang yang membutuhkan. Matius menulis: Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan kepada mereka “karena mereka lelah dan telantar seperti domba yang tidak bergembala”. Hati yang berbelaskasihan adalah hati misionaris.

Yesus menyadari betapa orang-orang itu membutuhkan bantuan dan pendampingan. Setelah beberapa waktu, Ia memandang murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” Kita adalah pekerja itu. Kita adalah misionaris-misionaris yang diutus Yesus untuk mewartakan kabar sukacita dengan hati yang berbelaskasihan.

Yesus memanggil kita untuk pergi keluar dan merawat orang-orang yang membutuhkan: Orang-orang yang diliputi kesedihan, rasa sakit, atau kesepian. Bagaimana kita menanggapi panggilan Yesus? Akankah kita mengikuti Dia? Ataukah kita mengabaikan-Nya? Apakah hati kita adalah hati misionaris? Ataukah hati orang Farisi?