Undangan Tuhan

Kamis, 18 Agustus 2022 – Hari Biasa Pekan XX

157

Matius 22:1-14

Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: “Hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”

***

Dulu, ketika saya berangkat untuk mulai menjalani panggilan sebagai seorang biarawati, orang-orang di kampung kami berkata kepada saya, “Yang kuat dan semangat ya. Banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih.” Lalu, ketika ada teman meninggalkan panggilannya, orang berkata lagi kepada saya, “Memang banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Itu disampaikan sebagai kata-kata penghiburan. Mereka sepertinya mau berkata bahwa itulah kenyataan yang terjadi, bukan hal baru, dan sesuatu yang wajar saja. Adalah sesuatu yang normal bahwa dari sekian banyak yang dipanggil, hanya sedikit yang akan terpilih.

Sehubungan dengan bacaan Injil hari ini, ungkapan itu sebenarnya mesti kita lihat secara lebih luas. Alih-alih hanya dialamatkan kepada para imam dan kaum religius, ungkapan itu sebenarnya berlaku untuk semua orang, sebab kita semua dipanggil Tuhan untuk ikut dalam perjamuan-Nya. Semua orang diundang oleh Tuhan, tetapi sama seperti para undangan dalam perumpamaan ini, tidak semua dari kita menanggapi undangan itu, atau ada pula yang menanggapi tetapi kemudian hadir dengan pakaian yang tidak pantas. 

Bagaimana dengan kita? Ada di kelompok yang manakah kita? Ungkapan “banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih” barangkali normal, dalam arti begitulah kenyataannya manusia dalam mengikuti Tuhan. Namun, itu tidak bisa diartikan bahwa demikianlah yang dikehendaki Tuhan. “Sedikit yang dipilih” bukan berarti Ia menginginkan hal itu, melainkan karena sedikit yang memang mau menanggapi undangan-Nya, sedikit pula yang mau berpakaian pantas seperti yang Ia harapkan. Banyak orang tidak mau melepaskan pakaian mereka sebelumnya, yakni identitas lama mereka, untuk kemudian mengenakan pakaian pesta, yakni identitas baru yang sesuai dengan kehendak Allah.

Karena itu, inilah perjuangan setiap orang Kristen: Menanggalkan pakaian lama untuk mengenakan pakaian baru, yakni hidup baru di dalam Yesus. Semoga Tuhan memberi kita kekuatan dan keberanian untuk rela menanggapi undangan-Nya dan mengenakan pakaian yang pantas, yang sesuai dengan kehendak-Nya.

“Yesus, kami percaya kepadamu.”