Tuan, Hamba, dan Sahabat

Senin, 12 September 2022 – Hari Biasa Pekan XXIV

77

Lukas 7:1-10

Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya. Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: “Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami.” Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!” Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali.

***

Dalam masyarakat kita, relasi antara pimpinan dan anak buah kerap kali kurang harmonis. Ada jarak yang memisahkan, dan jarak itu adalah sesuatu yang disebut “status sosial”. Tidak jarang muncul berita tentang tuan yang memperlakukan pembantu rumah tangganya secara tidak manusiawi. Ia dipukuli, disiram air panas, diperkosa, dikurung dalam rumah, tidak digaji berbulan-bulan, dan sebagainya. Sebaliknya, ada juga berita tentang pembantu yang mencuri uang dan perhiasan majikan, menculik anak majikan, dan sebagainya.

Bacaan Injil hari ini memberi gambaran tentang relasi yang sangat dekat antara tuan dan hamba. Tuan yang adalah seorang perwira ini begitu menghargai hambanya. Ia penuh perhatian dan berbelaskasihan terhadap si hamba. Ketika hambanya sakit, ia merepotkan diri untuk mencari cara supaya hambanya itu bisa sembuh. Dalam upaya ini, muncul figur lain, yaitu sahabat. Karena perwira ini sangat baik, ia mempunyai banyak sahabat.

Persahabatan mereka bukanlah basa-basi, bukan pula sekadar untuk pansos (panjat sosial). Persahabatan ini tulus, sehingga sang perwira bisa dengan leluasa meminta tolong kepada sahabat-sahabatnya itu yang adalah para tua-tua Yahudi. Pertama, ia meminta tolong kepada mereka untuk mendatangi Yesus, dan menyampaikan permohonan supaya Yesus menyembuhkan hambanya. Para sahabat dengan penuh ketulusan membantunya. Mereka datang kepada Yesus dan menyampaikan apa yang menjadi harapan perwira tersebut. Kedua, ketika Yesus hendak datang ke rumahnya, ia meminta tolong kepada sahabat-sahabatnya itu supaya menemui Yesus dan menyampaikan ketidaklayakan dirinya menerima Yesus. Para sahabat pun memenuhi permintaannya itu.

Kunci dari relasi yang indah antara tuan, hamba, dan sahabat dalam bacaan Injil hari ini adalah sikap rendah hati dan tahu menempatkan diri. Perwira itu mengungkapkannya dengan jelas ketika berkata, “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit.”