Hidup dan Mati dengan Kristus

Minggu, 9 Oktober 2022 – Hari Minggu Biasa XXVIII

63

2 Timotius 2:8-13

Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku. Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu. Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal. Benarlah perkataan ini: “Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita; jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”

***

Hari Minggu ini, sebagai bacaan kedua, kita mendengarkan 2Tim. 2:8-13. Sebagian dari perikop ini berupa madah yang mengandung nilai pastoral dan liturgis, yang pada dasarnya mau memuji rahmat Tuhan karena tetap diberikan kepada orang-orang berdosa.

Disusun berdasar pengalaman religius yang mendalam, di dalamnya dimuat suatu peringatan keras kepada orang-orang yang sudah dibaptis bahwa penyangkalan akan membuat mereka menerima hukuman kekal. Namun, mengingat perjalanan hidup manusia yang penuh tantangan, disadari bahwa keraguan, penolakan, penyangkalan, bahkan pengkhianatan kemungkinan besar tetap akan terjadi. Bagaimanapun, berhadapan dengan itu, Kristus akan tetap setia, sebab yang dilihat-Nya bukanlah tindakan demi tindakan, melainkan iman orang itu akan keselamatan. Kristus tidak akan menyangkal diri-Nya sendiri, serta perjanjian yang dimeteraikan atas diri orang yang telah mati bersama-Nya dalam pembaptisan.

Itulah kabar baik bagi kita, manusia yang terus berusaha mencapai kesempurnaan, tetapi tidak kunjung mampu mengatasi kelemahan-kelemahan pribadi kita. Allah menghargai perjuangan kita. Dia akan tetap setia! Alih-alih mendorong kita untuk melakukan dosa dan kesalahan yang lebih banyak lagi, pernyataan tersebut hendaknya membuat kita semakin tekun dalam pertobatan, serta semakin menghargai pengorbanan orang-orang yang telah mempertaruhkan segalanya bagi keselamatan kita.

Demi keselamatan orang lain, pengorbanan diri adalah syarat mutlak. Yesus telah melakukan hal itu. Dosa-dosa manusia ditebus-Nya dengan harga yang sangat mahal, yakni nyawa-Nya sendiri. Mengikuti teladan sang Guru, Paulus rela meringkuk di penjara bagaikan seorang penjahat. Ia bersedia menderita, asal saja Kabar Baik tetap tersebar luas dan dengan demikian menyelamatkan hidup banyak orang. Cinta membuat mereka mampu melakukan segalanya.

Saya yakin, iman kita akan semakin diteguhkan kalau kita mengingat hal itu. Ingatlah Dia yang sudah terlebih dahulu mengingat kita. Cintailah Dia yang sudah terlebih dahulu mencintai kita. Itu akan mendorong kita untuk tetap bertahan dalam iman, apa pun situasi yang kita alami. Bagaimana kalau hidup kita jadi menderita karenanya? Tidak masalah. Orang beriman tidak akan hancur oleh penderitaan. Penderitaan justru membuat kita semakin kuat. Saudara-saudari sekalian, mari kita hidup dan mati dengan Kristus!