Pujian bagi Allah

Kamis, 22 Desember 2022 – Hari Biasa Khusus Adven

65

Lukas 1:46-56

Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”

Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

***

Bersama Hana (bacaan pertama, 1Sam. 1:24-28) dan Bunda Maria, hari ini kita belajar menjadi pribadi yang rendah hati. Segala sesuatu yang baik yang kita miliki, misalnya keluarga, pekerjaan, dan rezeki, adalah anugerah Allah. Karena itu, sudah sewajarnya kalau kita memuji dan bersyukur kepada-Nya, alih-alih membanggakan itu semua sebagai prestasi dan jerih payah kita pribadi. Kita sadari bahwa hanya di dalam Allah dan oleh karena Dia, kita mampu dan sanggup meraih pencapaian-pencapaian dalam hidup ini.

Meskipun disebut mandul, Hana dapat mempunyai keturunan karena perbuatan besar Allah kepadanya. Di lain pihak, secara ajaib, Maria dipercaya Allah untuk mengandung dan melahirkan Yesus. Allah sungguh melakukan karya-karya besar bagi manusia. Oleh sebab itu, dengan rendah hati, kita mesti memanjatkan pujian dan syukur kepada-Nya.

Saudara-saudari terkasih, kita mesti bersukacita karena Allah adalah penyelamat hidup kita. Mari kita jadikan itu sebagai semangat dalam pekerjaan, tugas, dan pelayanan harian kita. Jika sukacita itu terus bergema dan terpancar melalui cara hidup kita, betapa perjalanan hidup kita akan terasa ringan. Allah adalah fokus dari segalanya, bukan keinginan-keinginan pribadi kita sendiri.

Banyak orang ingin dipuji, banyak juga yang dalam hidupnya sengaja mencari-cari pujian. Berbeda dengan itu, hendaknya kita menjadi orang-orang yang rendah hati. Kita tidak ingin dipuji dan tidak mencari pujian, sebab yang pantas untuk menerima itu semua adalah Allah sendiri. Pujian dan kemuliaan adalah milik Allah semata-mata, mari kita persembahkan itu kepada-Nya.