Panggilan sebagai Hamba yang Taat

Kamis, 4 Mei 2023 – Hari Biasa Pekan IV Paskah

98

Yohanes 13:16-20

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya, ataupun seorang utusan daripada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku.”

***

Seorang hamba tidak lebih tinggi dari tuannya. Yesus menyebut diri-Nya hamba. Dia taat kepada Bapa; Dia melaksanakan semua rencana keselamatan Bapa demi penebusan manusia. Hamba adalah sosok yang identik dengan ketaatan. Kiranya itulah yang perlu kita renungkan. Di tengah dinamika dunia yang memberi ajaran untuk saling menguasai, Yesus justru mengajarkan hal yang sebaliknya. Setiap orang akan berharga bagi-Nya jika mau menjadi hamba yang taat.

Hidup sebagai hamba tidak mudah karena kita sering kali jatuh pada kemauan untuk menuruti nafsu pribadi. “Yang menjadi pemenang adalah mereka yang bisa menaklukkan sesama dan dunia,” begitulah pandangan banyak orang masa kini. Namun, murid-murid Yesus hendaknya tidak berpandangan demikian.

Seluruh hidup Yesus menunjukkan ketaatan-Nya sebagai hamba. Pengalaman sengsara bahkan menjadi puncak ketaatan Yesus pada kehendak Bapa. Buah dari ketaatan sempurna itu adalah kebangkitan. Karena itu, jika kita sungguh taat pada kehendak Tuhan, sejatinya kita sedang membangun jalan menuju kebangkitan kekal. Ketaatan ini perlu dilatih dengan cara berusaha terus-menerus untuk memurnikan akal budi dan kehendak bebas yang adalah anugerah bagi kita sebagai manusia. Taat pada kehendak Tuhan dalam seluruh dimensi hidup kita adalah sebuah perjuangan. Pikiran, perkataan, perasaan, dan perbuatan kita seharusnya dimotivasi oleh ketaatan sebagai orang beriman.

Tidak ada hamba tanpa ketaatan. Kita harus dengan rendah hati menyediakan diri kita sebagai hamba yang siap sedia bekerja demi kemuliaan Allah. Walau terkadang beban sebagai hamba Tuhan terasa berat, mari kita meyakini bahwa Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita jatuh. Kemurnian kita sebagai hamba justru semakin dikembangkan ketika kita menghadapi berbagai tantangan. Karena itu, andalkanlah Tuhan senantiasa. Semoga, dengan taat sebagai hamba Tuhan, kita diperkenankan menjadi alat-Nya yang berguna dan menyelamatkan.