Mempelajari Hikmat Sejati

Sabtu, 3 Juni 2023 – Peringatan Wajib Santo Karolus Lwanga

78

Sirakh 51:12-20

Maka dari itu aku hendak bersyukur kepada-Mu serta memuji Engkau dan memuji nama Tuhan.

Ketika aku masih muda dan sebelum mengadakan perjalananku, maka kebijaksanaan telah kucari dengan sungguh dalam sembahyangku. Di depan Bait Allah telah kupohonkan dan sampai akhir hidup akan kukejar. Hatiku bersukacita atas kebijaksanaan, karena bunganya yang bagaikan buah anggur yang masak. Kakiku melangkah di jalan yang lurus, dan sejak masa mudaku telah kuikuti jejaknya. Hanya sedikit saja kupasang telingaku, lalu mendapatinya, dan memperoleh banyak pengajaran bagi diriku. Aku maju di dalamnya, dan kuhormati orang yang memberikan kebijaksanaan kepadaku. Sebab aku berniat melakukannya, dengan rajin kucari apa yang baik dan aku tidak dikecewakan. Hatiku memperjuangkan kebijaksanaan, dan dengan teliti kulaksanakan hukum Taurat. Tanganku telah kuangkat ke surga, dan aku menyesal karena kurang tahu akan dia. Hatiku telah kuarahkan kepada kebijaksanaan, dan dengan kemurnian hati telah kutemukan. Sejak awal mula kuikatkan hatiku padanya, dan karenanya aku tidak ditinggalkan.

***

Bin Sirakh adalah guru yang mengajarkan hikmat kepada anak-anak muda supaya mereka hidup benar dan bahagia. Ia membuka sekolah dan mengajak anak-anak muda untuk datang belajar tanpa harus memikirkan bayaran. Ia hanya ingin agar mereka dapat belajar, sehingga jiwa mereka bersukacita dan hidup mereka sejahtera. Apa yang diajarkan Bin Sirakh kepada murid-muridnya? Yang diajarkannya adalah bagaimana mereka harus berbicara, bertindak, serta bersikap benar di hadapan Allah, sesama, dan diri mereka sendiri. Apa yang diajarkannya kepada mereka itu kemudian ditulis menjadi kitab yang masuk dalam Kitab Suci.

Apa yang membuat Bin Sirakh memiliki kemauan untuk mengajarkan hikmat? Ketika masih muda, ia sudah mencari hikmat dengan sungguh-sungguh dalam doa-doanya. Ia datang ke Bait Allah untuk memohon supaya Allah memberikan hikmat kepadanya dan ia pun berniat untuk mencari hikmat sampai akhir hidupnya. Pencarian hikmat dan hidup menurut hikmat bukanlah hal yang berat atau menyedihkan baginya. Sebaliknya, ia bersukacita akan hal itu.

Untuk mendapatkan pengajaran hikmat, Bin Sirakh tidak mengalami kesulitan. Baginya, hikmat begitu berharga, sehingga ia menghormati orang-orang yang memberikan pengajaran hikmat kepadanya. Bin Sirakh menghormati peran para guru hikmat, sebab mereka memberikan hikmat yang sangat bernilai untuk kehidupan, yang membawa orang hidup benar dan bahagia.

Bin Sirakh menunjukkan bahwa hikmat yang sejati bersumber pada Allah dan tersimpan dalam hukum Taurat. Karena itu, ia tekun mempelajari hukum Taurat dan rajin berdoa kepada Allah. Dia yang menciptakan manusia dan seluruh alam ini menguasai hukum-hukum yang berlaku dalam kehidupan manusia. Allah menguasai mana yang benar dan mana yang salah, mana yang membawa orang pada kebahagiaan dan mana yang menjerumuskan orang pada penderitaan. Karena itu, orang yang mengharapkan hikmat harus memohon pertolongan dan hikmat dari Allah.

Bin Sirakh dapat menjadi teladan bagi anak-anak muda untuk mempelajari hikmat. Yang perlu diingat adalah: Hikmat bersumber pada Allah dan menunjukkan bagaimana orang dapat hidup benar di hadapan Allah. Bagi kita yang percaya kepada Allah yang menyatakan diri dalam Kristus, jelas bahwa Allah menyatakan kehendak-Nya melalui Yesus. Yesus datang ke dunia untuk mengajarkan kehendak Allah dalam kata dan tindakan-Nya. Karena itu, untuk belajar hikmat yang sejati, kita harus mempelajari apa yang diajarkan dan dilakukan Yesus. Selain itu, kita harus memohon Roh Kudus yang tidak hanya membantu kita untuk memahami kehendak Allah, tetapi juga memberikan kekuatan kepada kita untuk melakukannya.