Ketaatan yang Menyelamatkan

Selasa, 24 Oktober 2023 – Hari Biasa Pekan XXIX

133

Roma 5:12, 15b, 17-19, 20b-21

Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.

Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.

Dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

***

Dosa masuk ke dalam dunia, dan melalui dosa itu, maut juga masuk ke dalam dunia. Semua orang sudah berbuat dosa dan maut pun menjalar kepada semua orang. Hari ini, Paulus mengajak jemaat di Roma untuk melihat bagaimana manusia pertama jatuh ke dalam dosa.

Allah menciptakan manusia, menyediakan tempat hidup baginya, serta semua yang diperlukan untuk kehidupannya. Ia membuat Taman Eden yang menyediakan makanan, memberikan teman hidup berupa binatang-binatang, serta memberikan teman yang sepadan, yaitu seorang perempuan. Di tempat itu, Adam dapat menikmati kehidupan bersama dengan Hawa. Namun, Hawa kemudian digoda oleh ular, sehingga memutuskan untuk makan buah terlarang. Urusannya bukanlah soal Hawa mencuri buah dan memakannya, melainkan soal dosa dan ketidaktaatan kepada Allah.

Hawa ingin menjadi sama dengan penciptanya. Adam memakan buah itu karena Hawa memberikannya kepadanya. Lalu, mengapa Adam yang dipersalahkan, bukan Hawa? Adam mendengar langsung firman yang disampaikan oleh Allah, tetapi ia tidak menolak ketika istrinya memberikan buah itu. Ia memakan buah yang dilarang untuk dimakan, sehingga dengan demikian, ia mengabaikan firman yang disampaikan Allah kepadanya. Karena sudah berdosa, Adam harus meninggalkan Eden, tempat ia hidup bersama dengan Allah.

Manusia yang berdosa mengalami keterpisahan dari Allah seperti Adam. Ia berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Orang yang berdosa tidak layak untuk tinggal bersama dengan Allah dalam kemuliaan abadi di surga. Hidup bersama dengan Allah di surga itulah kehidupan kekal, sedangkan keterpisahan dari Allah adalah maut. Orang yang berdosa harus mengalami maut, dalam arti terpisah dari Allah dan mengalami penderitaan abadi. Manusia tidak dapat membebaskan dirinya dari situasi ini.

Allah yang Maha Pengasih telah mengambil tindakan untuk menyelamatkan manusia dari dosa dan maut. Ia mengaruniakan Anak-Nya, yaitu Yesus Kristus, untuk melakukan tindakan penyelamatan manusia. Paulus menunjukkan bahwa Yesus Kristus melakukan kehendak Bapa itu dengan ketaatan yang penuh. Ia mau menjadi manusia dan menjalani kehidupan sebagai manusia dengan segala kekurangan dan keterbatasannya. Ketaatan-Nya itu tampak jelas ketika Ia mau menjalani penderitaan dan kematian seperti seorang manusia.

Ketaatan Kristus ini mendatangkan keselamatan bagi semua orang. Di kayu salib, Ia mempersembahkan diri sebagai kurban penghapus dosa bagi semua orang. Karena dosanya sudah diampuni berkat kurban Kristus, manusia dipandang bersih dari dosa, sehingga layak menikmati kehidupan abadi bersama Allah di surga. Dengan demikian, jelas bahwa kehidupan surgawi bagi manusia yang berdosa merupakan karunia yang diberikan Allah melalui Yesus Kristus.

Kebenaran bahwa Allah mengaruniakan hidup kekal kepada manusia yang berdosa bukanlah ajakan atau alasan untuk berdosa. Tidak dapat diterima bila orang terus berdosa karena Allah sudah menyelamatkannya dari dosa. Sebaliknya, orang yang percaya akan kebenaran kasih Allah tidak boleh membiarkan dirinya terus berdosa. Ia harus mengikuti kehendak Allah yang telah mengasihinya dan tidak membiarkan diri dikendalikan oleh dosa.