Bukan Hamba Dosa

Rabu, 25 Oktober 2023 – Hari Biasa Pekan XXIX

123

Roma 6:12-18

Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.

Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran? Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.

***

Dalam diri Yesus, Allah telah mengasihi kita. Yesus telah mempersembahkan diri di kayu salib untuk menghapus dosa kita dan untuk menanggung hukuman yang seharusnya kita tanggung karena dosa kita. Ia melakukan hal ini semata-mata supaya kita dapat memperoleh kehidupan yang kekal. Karena itu, Allah mengharapkan manusia tidak membiarkan diri dikuasai oleh dosa. Apa yang harus kita lakukan supaya tidak dikuasai oleh dosa? Ada dua hal. Pertama, berhenti memaklumi diri ketika berdosa. Kedua, menyerahkan seluruh diri kepada Allah.

Ketika menyadari bahwa sudah berbuat dosa, orang sering kali memaklumi dirinya sendiri, misalnya dengan mengatakan, “Wajar kalau saya berdosa. Namanya juga manusia. Semua manusia toh berdosa,” atau, “Tuhan tahu kok mengapa saya berdosa. Tuhan juga tahu kalau saya lemah. Tuhan sendiri pernah bilang: Roh memang kuat, tetapi daging lemah,” atau juga, “Tidak apa-apa berdosa, sebab semua orang berdosa akan masuk ke api penyucian terlebih dahulu sebelum ke surga.”

Paulus mengingatkan agar orang-orang yang percaya kepada Kristus tidak membiarkan diri dikuasai oleh dosa. Ia menggambarkan situasi manusia dengan gambaran yang diambil dari dunia perbudakan. Sebelum menjadi orang yang percaya kepada Kristus, manusia adalah budak dosa. Manusia tunduk kepada dosa dan menaati apa saja yang diperintahkannya. Manusia menyerahkan diri kepada dosa untuk dipergunakan melakukan kelaliman. Jika manusia terus membiarkan dirinya diperbudak dosa, yang akan didapatkannya adalah maut. Ia tidak akan tinggal bersama Allah di surga.

Namun, dengan pengurbanan-Nya di kayu salib, Yesus telah membebaskan manusia dari kekuasaan dosa. Dengan itu, manusia tidak menjadi budak dosa lagi, tetapi menjadi milik Allah dan menjadi hamba-Nya. Karena itu, orang yang percaya akan penyelamatan yang dikerjakan Kristus harus menyerahkan dirinya untuk dipergunakan oleh Allah untuk melakukan kebenaran. Hal ini akan membawa mereka kepada kehidupan yang kekal, hidup bersama dengan Allah dalam kebahagiaan abadi di surga.

Tidak dapat dimungkiri bahwa semua manusia itu lemah dan berdosa. Tuhan mengetahui semua itu. Ia mengampuni dosa, bahkan datang ke dunia karena manusia berdosa. Namun, Tuhan tidak memaklumi ketika manusia terus berdosa dan mencari pembenaran. Tuhan menghendaki agar orang-orang yang percaya kepada-Nya mendengarkan suara-Nya dan melakukan kehendak-Nya. Jangan sampai mereka justru membiarkan diri diperbudak oleh dosa.