Dipanggil Menjadi Penjala Manusia

Kamis, 5 September 2024 – Hari Biasa Pekan XXII

87

Lukas 5:1-11

Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai Danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dariku, karena aku ini seorang berdosa.” Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

***

“Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Yesus memberikan peneguhan saat Petrus menyadari bahwa dirinya berdosa dan tidak layak untuk menerima Yesus dalam perahunya. Petrus merasa demikian sebab sempat meragukan perintah Yesus untuk menebarkan jala. Merasa bahwa dirinya hanyalah nelayan sederhana, ia pun merasa takut. Namun, Yesus justru meminta Petrus untuk berani dan menjadi penjala manusia, yakni orang-orang yang mau menyatukan diri dan hidup mereka dengan Yesus.

Sikap Petrus mengajarkan kepada kita bahwa setiap murid Yesus harus bersikap taat, lepas bebas, dan percaya. Petrus taat pada perintah Yesus untuk membawa perahunya ke tempat yang lebih dalam dan menebarkan jalanya lagi. Ia mengikuti apa yang Tuhan kehendaki, bukan yang dikehendaki dirinya sendiri. Sikap taat itu dibarengi dengan semangat lepas bebas. Petrus berpikir bahwa biarlah semuanya Tuhan yang berkarya. Ia melepaskan segala kegagalan yang terjadi sebelumnya. Rencana Tuhan bagi hidupnya terkadang berbeda dengan rencananya sendiri. Pada akhirnya, Petrus percaya bahwa ia akan memperoleh kelimpahan kalau melakukan yang diminta Tuhan kepada dirinya. Percaya berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam iman.

Seperti Petrus, kita juga dipanggil oleh Yesus untuk taat, lepas bebas, dan percaya kepada-Nya. Menjadi murid Tuhan dengan meninggalkan segala sesuatu menunjukkan bahwa kita adalah pribadi yang merdeka dalam menghayati hidup beriman kita. Kita dipanggil untuk menjadi penjala manusia. Menanggapi panggilan itu, kita siap mengambil risiko dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita.

Cara beriman kita jangan biasa-biasa saja. Janganlah kita merasa cukup hanya dengan rajin datang ke Gereja untuk berdoa dan merayakan Ekaristi, lalu selebihnya tidak melakukan apa-apa lagi. Tuhan memercayakan tugas pengutusan kepada kita, sehingga kita harus bertanggung jawab atas panggilan itu. Mari bergerak untuk menjadi penjala manusia, menghimpun dan mempersatukan semakin banyak orang dengan Allah.