Ketaatan pada Kehendak Allah adalah Jalan Keselamatan

Jumat, 18 Desember 2020 – Hari Biasa Khusus Adven

243

Matius 1:18-24

Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai istrinya.

***

Bacaan Injil hari ini mengisahkan awal mula terwujudnya karya keselamatan bagi manusia. Maria dan Yusuf telah menunjukkan arti ketaatan yang sesungguhnya. Melakukan hal yang tidak dipahami, lalu harus mengambil keputusan atasnya, sungguh merupakan sesuatu yang tidak mudah. Meskipun demikian, Maria dan Yusuf membiarkan diri mereka diarahkan Tuhan pada rencana karya keselamatan yang dikerjakan-Nya. Dua pribadi yang tulus ini bekerja dalam diam.

Dipercaya untuk menjadi ayah dan ibu Yesus tidak membuat mereka menjadi sombong. Hal ini justru mereka lihat sebagai jalan untuk ambil bagian dalam karya keselamatan yang dijanjikan Tuhan kepada umat-Nya. Secara manusiawi, tentu saja ada rasa takut dan gelisah, sebab pengalaman ini di luar akal pikiran manusia. Namun, Tuhan tidak pernah salah dalam menentukan pilihan. Yusuf adalah pribadi yang tulus hati. Dia tidak mau mempermalukan Maria atas apa yang telah terjadi. Ketulusan Yusuf juga dinyatakan lewat kesediaannya melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.

Perjuangan Maria dan Yusuf untuk menghadirkan Yesus ke dunia harus menjadi teladan kita. Saat-saat ini adalah hari-hari penuh rahmat bagi kita dalam mempersiapkan kelahiran Tuhan. Maria dan Yusuf sudah melakukan itu dengan sungguh-sungguh. Bagaimana dengan kita? Apa yang sudah kita persiapkan untuk menyambut kedatangan-Nya? Dari sikap Maria dan Yusuf, mari kita belajar untuk setia dan taat kepada rencana Tuhan, meskipun terkadang kita dihadapkan pada situasi yang sulit untuk kita pahami. Hanya dengan sikap taat dan setia, kita layak bersukacita menyambut Dia, sang Juru Selamat.